Feed on
Posts
Comments

New Year's Resolutions

Tiada ucapan selamat tahun baru yang lengkap tanpa meninjau apa yang kita sebut sebagai resolusi awal tahun. Rasanya sudah tidak asing lagi kebiasaan awal tahun di mana kita diajak membulatkan niat, menanam suatu cita-cita, dan menancapkan tekad untuk mencapai suatu perubahan.

Seorang teman pernah bilang, bahwa baginya resolusi awal tahun adalah proses menggodok semangat juang dalam hidup, supaya dia bisa mengukur kemajuan dan prestasinya dari tahun ke tahun. Teman yang lain berkata, resolusi awal tahun itu hanya sumber stres, karena menurutnya dari sekian banyak keinginan yang tercantum, lebih banyak yang tidak tercapai daripada yang terwujud.

Baris demi baris target dirumuskan, dari mulai janji untuk mulai berolahraga secara rutin, berhenti merokok, mulai memperhatikan pola dan asupan gizi yang lebih sehat, mengurangi konsumsi kafein, dsb. Ada juga yang bertarget tentang hubungan cintanya – baik sudah punya pasangan maupun tidak – yang penting tahun ini bisa menikah. Atau barangkali kita menetapkan resolusi yang berkaitan dengan karier, rezeki dan kesuksesan kita.

Jadi apa saja resolusi awal tahun Anda?

Ketidakpastian, Perubahan & Pilihan

Mari kita lihat rutinitas yang biasa terjadi di perbatasan antara akhir tahun dan awal tahun. Pertama, tidak ada resolusi awal tahun yang afdol tanpa refleksi akhir tahun.Pada penghujung tahun, kita menengok resolusi yang telah dibuat pada tahun sebelumnya. Kita tepuk bahu kita sendiri atas niatan yang telah tercapai, dan kita pindahkan semua niatan yang belum tercapai sebagai kandidat penghuni daftar resolusi tahun selanjutnya.

Saya sendiri, terus terang, jarang tergerak untuk menyusun resolusi awal tahun, saya lebih senang menjalani hidup ini langkah demi langkah. Mengapa begitu? Saya berusaha melihat kembali setiap momen ketika saya membuat rencana, dan sering sekali rencana tersebut tidak terjadi sesuai dengan apa yang kita prediksikan sebelumnya.

Hidup ini memang sarat dengan perubahan dan ketidakpastian. Terkadang target dipasang supaya keinginan kita punya “bahan bakar” untuk tumbuh, bergerak dan berkembang, namun di tengah bersemangatnya kita mengejar keinginan, tanpa sadar dalam hati terselip rasa “keharusan” yang memaksa. Ini acapkali menjadi sumber stres yang tidak perlu.

Tidak bisa disangkal, kita memang butuh semangat hidup. Tanpa itu, hidup bisa terasa hambar. Namun semangat hidup yang terjangkit “harusitis” – radang serba harus ini dan itu – berpotensi menjepit hati, dan akhirnya merampas kemampuan kita untuk menikmati hidup momen demi momen, serta membuat kita lebih mudah untuk lupa bersyukur atas hal-hal yang sederhana namun indah dalam hidup kita.

Menyentuh Energi Kreatif Tak Terbatas Dalam Diri

Bagi saya, meluangkan waktu hening dan merenungkan bagaimana kita mengelola energi kreatif dalam hidup, lebih bermanfaat ketimbang sekadar mencantumkan setiap keinginan dalam “daftar belanja” awal tahun.

Ada yang mengatakan bahwa potensi kreativitas manusia itu tak terbatas. Sebagian menjelaskan dengan mengatakan bahwa baru 2% dari otak kita yang sudah terpakai secara optimal. Sebagian lagi menyatakan bahwa karena kita adalah bagian dari ciptaan Ilahi, sumber mahakreatif yang mampu menciptakan dan mewujudkan segalanya. Manapun yang benar, agaknya alam berusaha berpesan bahwa kita punya potensi ‘mencipta’ yang luar biasa, termasuk untuk mewujudkan segala hal yang kita inginkan dalam hidup.

Lalu bagaimana caranya agar potensi mencipta ini bisa terwujud menjadi kenyataan? Salah satunya adalah dengan menarik garis batasan yang akan memberikan fokus dan kesempatan agar potensi menjadi nyata.

Contoh, setiap penulis punya segudang ide kreatif untuk menghasilkan karyanya. Namun seringkali tanpa kehadiran garis batasan yang namanya ‘deadline’, kemahakreativan tersebut sulit sekali dilahirkan dalam bentuk kata-kata. Inilah kekuatan agung dari garis batasan.

Di sinilah saya melihat manfaatnya resolusi awal tahun. Garis batasan di awal dan akhir tahun, memberikan kita semua ‘rahim ruang dan waktu’ untuk mencipta, berkarya dan mewujudkan potensi diri seutuhnya.

Niat: Penjara vs Kesempatan Bertumbuh

Gunakan target, dan batas waktu sebagai sarana untuk tumbuh dan berkembang, dan perhatikan dengan saksama agar hal tersebut justru jangan menjadi “penjara serba harus”. Bagaimana caranya?

  • Pertama, untuk mencegah stres karena terlalu banyak cita-cita dan keinginan, bagaimana kalau kita belajar untuk membatasi berbagai batasan yang kita buat sendiri? Know when to limit your limits. Jangan jadikan diri Anda sebagai tahanan dalam penjara keinginan yang dibuat sendiri.
  • Kedua, untuk mengimbangi semangat hidup dengan kebijaksanaan, belajarlah untuk juga menyambut terbuka sifat kehidupan yang serba tidak pasti dan senantiasa berubah. Buka hati untuk hadir penuh perhatian di ‘sinikini’ – here and now. Meskipun Anda bisa saja membuat rencana untuk 5 tahun ke depan, kenyataannya rencana tersebut hanya dapat dilakukan, dicapai, dan dinikmati hanya di momen ini. Sekarang juga.
  • Ketiga, tidak ada salahnya kita mengingatkan diri untuk bersyukur akan hal-hal yang indah namun sederhana dalam hidup. Nikmatnya seteguk air putih, nyamannya bernapas, serta tulusnya senyum, merupakan harta yang bisa kita petik setiap hari, setiap saat.
  • Dan akhirnya, ikhlaskan segala kemungkinan terbaik dan terburuk, agar Anda tidak nafsu menang dan takut kalah. Menang dan kalah, berhasil dan gagal, merupakan persepsi yang sangat relatif. Apalagi kalau kita ingat bahwa setiap jiwa kita bertumbuh dan semakin kuat, biasanya justru dari pengalaman-pengalaman yang kita tuding sebagai kekalahan dan kegagalan.

Pada awal tahun ini, saya mengajak Anda untuk ‘bermain’ dalam hidup. Have fun in your life, instead of letting your life make fun of you.

Dalam setiap tahun yang baru, kita semua dihadiahi 31.536.000 detik baru. Mari kita cintai sepenuh hati setiap detik tersebut, setiap momen, apa adanya.

Published, Eve Magazine, Januari 2008.

14 Responses to “Resolusi Awal Tahun, Perlukah?”

  1. Saya curiga Mas Reza menulis ini sebagai pembelaan karena tidak membuat resolusi, hehehe..

    Saya rasa resolusi tidak ada apa-apanya jika tidak dijelaskan targetnya apa, dan apa konsekuensinya jika resolusi itu tidak mencapai target yang dikehendaki.

  2. Reza Gunawan says:

    Dear Vicky,
    Membuat atau tidak membuat resolusi adalah pilihan masing-masing orang, tentunya dengan konsekuensi masing-masing. Di kehidupan pribadi maupun karir saya, saya menemukan bahwa semakin sedikit target, justru saya semakin produktif, dan begitu pula sebaliknya, ketika saya banyak bikin target, produktivitas saya justru merosot tajam.
    Silakan ambil perenungan ini untuk memilih yang paling tepat bagi diri Anda ya. Selamat tahun baru!

  3. Jason Abd says:

    Hai, Mas Reza. Aku berniat punya resolusi dalam bentuk list sekaligus ketakutan tak bisa mencapainya. Tapi, aku punya satu target yang sudah kubuat dengan deadline Agustus 2010. Untuk yang satu ini aku ‘harus’ mewujudkannya karena sudah sering tertunda. Doakan biar bisa tercapai, Mas.

  4. JJ says:

    Saya memulai tahun ini dengan tidak mencanangkan target atau resolusi apa pun. Tepat pukul 11:11 malam, saya memanjatkan sebuah doa dengan niat sederhana untuk bisa menjalani kehidupan yang selaras dan bahagia, dan saya ikhlaskan niat itu segera setelah berdoa.

    Bagi saya, niat dan ikhlas adalah dua hal yang sangat esensial untuk memulai sesuatu yang baru, membuat perencanaan untuk menggapai sesuatu yang telah dicanangkan, dan sebagainya. Tidak mudah memang, namun mengetahui dinamika kehidupan yang senantiasa dipenuhi ketidakpastian, rasanya inilah hal paling realistis dan tepat untuk saya lakukan. Setidaknya saat ini.

  5. L says:

    Di akhir bulan Desember 2009 pun saya sempat flashback serta terpikir apa-apa saja yang saya inginkan di 2010. Cukup lama saya merenang-renung, tiba2 saya teringat masa kecil saya ketika usia saya kisaran anak TK-SD.
    Teringat ketika itu saya belum mengenal istilah resolusi, belum tahu apa itu rencana masa depan, tidak cemas akan tuntutan-tuntutan, tidak pusing ini itu, yang saya tahu hanyalah menikmati setiap momen yg terjadi. Yang masih bisa saya rasakan sebagai saya yang masih kecil itu, saya sanggup mengerjakan sesuatu dgn sepenuh hati, maksimal – melukis tanpa beban, mendengar radio tanpa beban, bermain dan bercerita, bertengkar, tertawa, menangis dsb.

    Saya merasakan kemiripan dgn komentar Mas Reza –ketika semakin banyak target, produktivitas seringkali merosot tajam– seiring bertambah umur, ‘tuntutan/target’ saya bertambah juga, dalam hal karir dsb., kadang melahirkan kecemasan-kecemasan halus/jelas secara harian yang mungkin perlu diolah dgn bijak – kecemasan yang menggandengkan suatu Niat-yg bisa menjadi penjara/kesempatan tumbuh sprti kata artikel ini.

    Teringat masa kanak2 sendiri, sy sempat bertanya apakah saya bisa seperti itu lagi – menikmati kekinian dengan pikiran yang tidak melulu terbang ke masa lalu/masa depan.. Bisa menikmati apa adanya, menghargai saat ini, momen ke momen.. Kalau bisa, bagaimana caranya?
    Kebetulan saya iseng membuka blog ini dan update terbaru ini cukup membantu.. TQ Mas 🙂

  6. ester says:

    thx buat tulisan ini. setelah baca merasa lega tapi klo uda menghadapi kenyataan mento k lagi, mentok lagi

  7. nasrul says:

    mas reza, boleh gak tulisan ini saya muat di buletin rutin yayasan yang saya kelola…

  8. v3 says:

    kayanya coment’a telat tp berhubung bau nemu webnya mas reza.. menurut v3,sutuju sama mas reza.klo kita menargetkan sesuatu tapi jika ujungnya ga terwujud semua hanya sakit hati dan kesedihan yang terasa malah ujung” kita jd menghakimi diri sendiri…. kalo kata aku kita ikutin arus yang ada tp ‘ga ngoyo juga klo bahasa kerennya sih go with the flow aza.. oh ia mas kok ga da facebook’a and ga pernah tayang di ochanel lagi

  9. widia says:

    Meski telat sekali, karena baru kali ini saya baca webnya mas reza.. bukan berarti saya tidak pernah mendengar tentang mas loh. saya coba ikut coment ya. Sudah lama saya tidak membuat resolusi… menarik juga diingatkan kembali.. buat saya resolusi juga dapat untuk mengingatkan kita masih diberi kesempatan hidup dan menikmati semua, senang maupun susah. Namun buat saya resolusi tidak selalu dilakukan secara normal dalam arti awal tahun, bisa juga karena adanya suatu moment yang luar biasa dan jadikan itu sebagai titik awal dan akhir dari rentang waktu yang ingin kita pakai untuk mengevaluasi diri, dan yang lebih penting mensyukuri diri akan anugrah hidup yang Tuhan beri. Terima kasih untuk tulisan Mas Reza.

  10. Agung says:

    Akhir Tahun dan Pembuka Tahun adalah langkah untuk mereview semua kegiatan yang kita sudah jalani dan merancang semua kegiatan sekaligus mendaur ulang mimpi kita yang belum tercapai…
    kita merenung sejenak kesalahan – kesalahan apa, yang sehingga kita tidak dapat menggapai semua mimpi kita….. Apakah menjalani hidup ini sudah Balance?
    Karena hidup didunia ini kita sering lupa dan merasa asyik menjalani hidup. akan tetapi lupa akan mensyukuri apa yang sudah kita nikmati dan yang sudah diberi oleh Allah sang pencipta manusia & seisi dunia ini.

  11. ani surjatin says:

    Resolusi 2011 ?
    Sepertinya sih dari tahun ketahun sama saja, “sehat fisik, mental, spiritual”
    Bagaimana mewujudkannya?
    Alhamdulillah anak sulung saya memberitahukan web ini.
    Saya titipkan 2 anak saya yang sangat berminat mengikuti self healing , ke mas Reza ya.
    Berhubung saya saat ini jauh, anak saya dulu deh.
    Terimakasih

  12. Alris says:

    Saya gak pernah bikin resolusi. Hidup saya mengalir aja. Kalo bikin resolusi takut gak kesampaian. Jalani aja…

  13. Teguh HP says:

    Luar biasa mas Reza,..
    meski saya menemukan web mas reza baru sekarang saya tidak kecewa, karena saya tetep dipertemukan dengan mas reza, dan saya yakin itu pasti membawa suatu manfaat sekarang maupun di waktu yang akan datang.
    mohon bantuan dan bimbingannya mas, pengen ngangsu kaweruh yang dalam kepada panjenengan mulai sekarang
    untuk kesuksesan hidup saya dan orang-orang yang saya cintai di sekitar saya
    amin

  14. keren banget bacaan yang satu ini. dua tahun lalu saya pernah marah kediri ini dan marah kepada Tuhan hanya karena merasa tidak adil betapa list – list target yang saya usahakan tidak satupun yang tercapai. depresi kalah dan kecewa itu sempat membuat semuanya lebih terpuruk dan membuat diri ini hilang.
    dulu jika tidak memiliki target saya anggap saya tidak akan mendapatkan apa-apa. tapi saya mencoba tahun kemarin yang begitu banyak kegagalan dan tahun ini menjalani apa yang harus saya jalani. perasaan menerima ini membuat saya benar-benar bahagia dengan diri ini. saya mulai tahu bahagia bukan karena apa atau bahagia terjadi karena suautu sebab. tiba-tiba saja memiliki pemahaman ini saya lebih bahagia menjalani setiap harinya.

    setelah membaca ini ternyata saya tidak salah dengan pilihan saya. terimkasih untuk bacaan ini

    salam hangat

    Ona Machfudha