Feed on
Posts
Comments

Siaran BFC 90.4 Cosmopolitan FM – 13 Januari 2009

istock_000006563845xsmall1

Tentang Energi, Aura dan Negativitas:

  • Aura adalah medan energi cahaya dan elektromagnetik yang memancar dari semua makhluk hidup. Frekuensinya tidak selalu sama antar individu, bahkan untuk seorang individu, energi auranya akan berubah-ubah sepanjang hari. Karena bisa diukur melalui satuan cahaya dan sifat elektromagnetiknya, maka aura seseorang juga bisa dipantau melalui teknologi tertentu (contoh: foto aura)
  • Meski tidak semua orang bisa melihat aura tanpa bantuan teknologi, namun seringkali kita merasakan komunikasi secara “energi” dengan orang-orang di sekitar kita. Terkadang tanpa merujuk pada ucapan maupun perilaku orang lain, kita sudah punya “rasa” bahkan “kesimpulan” tertentu tentang orang lain (yang tentunya belum tentu benar). Ketika rasa yang kita alami dari vibrasi energi orang lain terasa tidak nyaman, acapkali kita menyebutnya sebagai ENERGI NEGATIF atau AURA NEGATIF
  • Ketika fenomena energi negatif dalam hubungan pribadi, sosial maupun pekerjaan ini mulai terasa, kita sering tidak tahu dan kurang paham bagaimana menghadapinya, karena kita pun sering terimbas olehnya, dan disitulah kita perlu pemahaman dan strategi bagaimana mengatasi imbas negatif dari lingkungan / orang lain

  • Pekerjaan seorang terapis, selalu diidentikkan dengan profesi yang senantiasa berkutat dengan masalah dan penderitaan orang lain, yang juga akhirnya melibatkan interaksi harian dengan energi negatif. Prinsip yang digunakan seorang terapis untuk mengatasi imbas energi negatif, juga dapat dimanfaatkan oleh profesi dan peran lain dalam bidang apapun, agar lebih bisa menikmati tugas dan keseharian.

Strategi 1: Pahami ENERGI NEGATIF sebenarnya TIDAK ADA

  • Berlawanan dengan pendapat populer, satu hal terpenting yang Reza pahami setelah begitu lama berkutat dengan fenomena ini adalah: sebenarnya “aura / energi negatif” itu pada esensinya TIDAK ADA. Semua energi sebenarnya bersifat netral. Sama seperti listrik, bila lancar mengakibatkan berbagai peralatan elektronik berfungsi normal, dan bila tidak lancar / terlalu lemah / terlalu kuat, akan mengganggu fungsi peralatan elektronik. Namun listriknya tetap netral, dia hanyalah energi saja. Seperti juga pisau, yang bersifat netral, dan bisa digunakan untuk menyelamatkan nyawa (bedah medis misalnya) dan bisa dipakai untuk merenggut nyawa
  • Label NEGATIF yang selama ini kita gunakan pada aura / energi orang lain, sebenarnya hanya mewakili rasa yang kita sadari dalam diri, ketika ada KETIDAKSESUAIAN FREKUENSI. Ketidaksesuaian sebenarnya bukan selalu berarti buruk. Label NEGATIF cenderung membuat kita lebih menilai orang lain, tanpa menyadari barangkali ketidaksesuaian frekuensi juga berkait dengan vibrasi KITA SENDIRI. Lebih jauh lagi, julukan NEGATIF membuat kita lebih menolak/menjauh/takut dari orang tersebut, sehingga efeknya justru membuat negativitas yang lebih awet, lengket dan mengganggu.

Strategi 2: Selaraskan Diri agar Tidak Mudah Terimbas

  • Terkadang kita terlalu sibuk menjuluki orang lain berenergi negatif atau beraura jelek, sehingga lupa bahwa sebenarnya kita bisa terimbas oleh mereka seringkali karena KITA SENDIRI BELUM SELARAS, entah karena mood hari tersebut sedang tidak baik, atau segudang pelajaran kehidupan yang masih bersembunyi di bawah sadar yang mengkondisikan kita menjadi gampang ‘terpancing’. Contoh seorang ibu yang seringkali mengkuatirkan anaknya, akan lebih mudah terimbas berita negatif tentang kematian anak orang lain yang tak dikenal. Ketika kekuatiran terhadap anaknya sendiri bisa lebih diselaraskan dengan kasih sayang alaminya, dia lebih bisa menyikapi berita luar dengan jernih dan tenang.
  • 2 Kunci Sederhana untuk menyelaraskan diri adalah: (1) Bernapas, karena dengan itu kita bagaikan menekan tombol RESET dalam diri, dan melonggarkan segala ketegangan dan stres pikiran, (2) Menyempatkan waktu untuk merawat dan menyembuhkan diri.

Strategi 3: Lebih Rileks Menghadapi Orang yang “Dianggap” Negatif

  • Biasanya kita cenderung menghindari dan/atau mengurangi waktu yang kita luangkan bersama mereka yang “kita anggap” negatif. Meskipun ini membantu, namun kita tidak selalu bisa menghindari mereka 100%, sehingga perlu juga upaya lain untuk menghadapi energi mereka
  • Yang paling sederhana adalah belajar mengatakan TIDAK. Kita terkadang terlalu sungkan menolak tuntutan orang lain, atau terlalu ingin menyenangkan dan memenuhi harapan orang lain, tanpa memelihara kebutuhan diri kita sendiri, dan ketika perasaan kita sudah tidak tahan lagi, maka dengan mudah kita juluki orang lain berenergi negatif, padahal sebenarnya kita yang kurang mampu menakar batas dan kemampuan diri kita
  • Selain itu, coba latih lagi prinsip Komunikasi Tanpa Kekerasan, (Non-Violent Communication), yang sudah kita bahas sebelumnya, karena itu memudahkan kita untuk berempati dan memahami orang di sekitar kita, tanpa harus memicu konflik dengannya, maupun konflik dalam batin kita sendiri. Untuk informasi lebih detil dengan ini, silakan mampir ke website Non-Violent Communication.

Renungan Akhir:

Bagaimanapun juga, hal-hal yang TIDAK NYAMAN serta NEGATIF, juga punya manfaatnya tersendiri, karena dia membantu kita untuk bertumbuh, lebih bijaksana, dan lebih mudah menyadari pelajaran hidup tersembunyi dalam diri kita, yang masih perlu dituntaskan. Hadapilah ‘ketidaksesuaian frekuensi’ energi dari sekitar dengan sebaik-baiknya, ingat untuk BERNAPAS dan belajarlah untuk tumbuh dari pengalaman manis maupun pahit.

11 Responses to “Menghadapi Energi Negatif di Sekitar Kita”

  1. Agi says:

    Mas, saya murid selfhealing angk. 4sekianlah, aku dukung web ini habis klo denger di cosmo, ga tuntas dengernya he5, saya terapis beda profesi lah mas…kita biasa menerima klien dengan segala energi yg mreka bawa kekita, biasanya awal melakukan kegiatan saya selalu menutup diri saya dengan ‘doa’ agar energi negatif dr klien tdk pindah ke saya, tp kadang setelah selesai ada rasa yg tidak nyaman pada saya, atau ditengah2 klien curhat saya sempat ikut masuk kdalamnya, apakah dalam hal ini saya harus sadar dan bernafas untuk menghindari masuk kdlm curhatan klien dan hanya mendengar (pengennya si gitu mas!)
    Ma kasih ya mas sebelumnya… salam bwt mba dee kita pernah sekelas

  2. Dear Agi,

    Sebagai terapis, kita bisa saja menggunakan teknik terapi yang berbeda, namun kalau boleh berbagi pengalaman, ada sebuah pendekatan kesadaran di sisi terapis yang seringkali ajaib, ampuh dan sederhana.

    Hal itu saya namakan: ketrampilan mendengarkan dengan rileks dan hadir sepenuh hati.

    Tidak saja klien akan merasa nyaman untuk mengungkap diri, dia pun lebih mudah merasa lega, lebih lancar mencapai kesembuhan, dan Anda pun tidak perlu kuatir terimbas energi dari klien, ketika Anda bisa hadir sepenuh hati dan mendengar dengan rileks.

    Yang menarik, ini juga berlaku bagi siapapun yang bukan terapis, namun sedang dijadikan tempat curhat (baik resmi maupun colongan).

    Saya sendiri sudah tidak pernah melakukan “perlindungan”, “doa penutup energi negatif”, “grounding”, karena menurut saya, teknik tersebut memperkuat salah konsep dalam pemahaman kita bahwa energi negatif itu ada. Padahal sebagaimana saya uraikan dalam artikel, ENERGI NEGATIF SEBENARNYA TIDAK ADA.

    Kalaupun Anda mengalami reaksi kurang nyaman setelah berinteraksi dengan klien, terimalah itu sebagai ‘hadiah’ atau ‘berkah’ darinya, karena rasa tidak nyaman tersebut dapat kita telusuri ke dalam diri, untuk mengurai dan menyembuhkan PR kehidupan kita sendiri.

    Rileks, napas, dengarkan dengan rileks sepenuh hati.

    Selamat berlatih!

  3. inoth says:

    Permisi…
    Kalo di Bandung, selfhealing ada dimana ya? 🙂

  4. Dear Inoth,
    Saat ini baru ada di Jakarta. Tentunya di kota lain bisa diadakan bila jumlah peserta mencukupi (minimal 20 orang), karena instrukturnya hanya ada di Jakarta. Atau ke Jakarta aja kan Cipularang cuma 2 jam perjalanan.

    Salam,
    Reza

  5. organik says:

    kita semuanya bernapas kan?
    mungkin bisa dijelaskan lbh lanjut mengenai teknik bernapas yg benar?
    thx 🙂

  6. inoth says:

    Sementara ini… please let me know kalo mo ngadain di Bandung ya??!!
    Makasih…

    Salam juga, 🙂
    Inoth

  7. Ketrampilan mendengarkan dengan rileks dan hadir sepenuh hati memang menakjubkan.

    Ada rasa yg menyentuh ketika mendengarkan “curhat” sahabat yg dapat mengungkapkan emosi dan menangis dengan tip yg disampaikan untuk Agi.

    Thank you Mas Reza, looking forward to hearing Selfhealing on Tuesday.

  8. Organik dan para pembaca blog lainnya,

    Untuk informasi dan teknik bernapas yang bisa dimanfaatkan lebih jauh dalam rangka mengelola energi, menyehatkan tubuh dan menciptakan ketenangan, silakan simak siarang BFC 20 Januari ini.

    Salam dan ingatlah selalu untuk bernapas 😉

  9. Pia says:

    Dear Reza,

    Waktu kecil di Marbella, Anyer, anak saya (waktu itu 8 tahun) pernah melihat 1 keluarga terdiri dari 1 ibu, 3 orang anak dan 1 susternya keluar dari lift, katanya dia nyata-nyata dan yakin benar melihat rombongan itu keluar 2 kali dari lift; jadi kejadiannya saat itu dia sedang di depan lift, pintu lift terbuka dan rombongan itu keluar, lalu pintu lift tertutup dan terbuka lagi dan yang keluar rombongan itu lagi (saat itu juga, bukan hari lain atau waktu lain). Saya juga melihat rombongan itu, tapi 1 kali tentunya. Tapi anak saya melihat 2 kali, dan saya masih ingat, dia memang sampai balik badan untuk melihat kejadian, tapi saat itu saya tidak menengok untuk melihat apa yang sedang dia perhatikan. Setelah beberapa saat baru dia bisa bercerita, tapi waktu saya menengok ke belakang rombongan itu sudah tidak ada. Dan sampai saat ini, 10 tahun kemudian, anak saya masih teringat dan penasaran atas kejadian itu. Kata orang itu namanya ‘deja vu’, apa sih deja vu itu? Apakah semacam halusinasi? Bagaimana bisa terjadi? Tolong dijawab ya Rez, terima kasih.

  10. *;: I am very thankful to this topic because it really gives useful information .-*

  11. fid919 says:

    Terima kasih sudah mengulas topik ini ya.
    Sangat bermanfaat, karena sudah lama saya bertanya-tanya bagaimana supaya tidak tengaruh energi orang lain yang ternyata bukan negatif, melainkan tidak sesuai dengan frekuensi kita. Terus menulis, Mas Reza.