Feed on
Posts
Comments

Siaran BFC @ 90.4 Cosmopolitan FM – 7 April 2009
Siaran Pagi Jakarta @ OChannel – 16 April 2009

istock_000008470981xsmall

Kita memang hidup di zaman serba cepat dan serba rumit.

Bagaikan pemain sirkus yang bisa melemparkan 15 piring sekaligus, kita selalu tergesa untuk memastikan bahwa semua hal yang menjadi tanggung jawab kita berada dalam keadaan sempurna, atau minimal tidak bisa dipersalahkan kekurangannya.

Dari mulai deadline yang terlalu sempit, target yang terlalu tinggi, workload yang terlalu banyak, kecepatan industri memang selalu menuntut kita untuk selalu berada di paling depan. Multi-tasking (kemampuan mengerjakan beberapa hal sekaligus), well-connected network (jaringan kerja dan pertemanan yang kuat), serta result-oriented attitude (sikap berorientasi pada hasil), menjadi ciri yang dibanggakan, dicari, dan ditempa dalam kebanyakan dunia kerja.

Haruskah kita memaksakan diri untuk berpacu lebih cepat, dan bekerja semakin giat?

Stres adalah Cara Kita Beradaptasi

Tentunya untuk bisa memenuhi semua tuntutan tersebut pada tingkat individu, dibutuhkan perangkat yang memadai, selaras, dan optimal. Namun sebenarnya secara alami kita tidak dirancang untuk hidup dan bekerja dengan ritme serba cepat dan serba rumit setiap saat. Ini menyebabkan terjadinya adaptasi pada sistem fisik dan psikis kita.

Adaptasi tersebut terjadi melalui sebuah mekanisme: STRES.

Stres, yang tidak terkelola, harus dibayar dengan nilai yang tidak sedikit. Kesehatan, sebagaimana yang sudah kita bahas di tulisan-tulisan sebelumnya, hanyalah sekelumit dari efek stres yang tidak sembuh.

Semakin Memacu Diri Agar Mengurangi Stres?

Sebagian orang berkata, “Ah, stres itu kan wajar dan ada dalam setiap pekerjaan. Nanti juga kalau target sudah tercapai, stres akan hilang dengan sendirinya.” Benarkah demikian?

Dalam pengamatan saya, stres tidak otomatis hilang ketika kita mencapai target dan keinginan, melainkan bisa berputar dan membesar bagaikan lingkaran setan-siklus tak berujung yang sulit dipecahkan.

  • Untuk hasil dan keinginan yang berhasil dicapai:

Banyak target → jadi banyak ketegangan → jadi banyak berusaha → hasil jadi TAMBAH banyak → target DITINGKATKAN lagi → maka terciptalah siklus yang lebih besar: target LEBIH banyak → LEBIH banyak ketegangan → LEBIH banyak berusaha → dan siklus yang lebih besar kembali berulang.

  • Untuk hasil dan keinginan yang tidak berhasil dicapai:

Banyak target → banyak tegang → banyak usaha → belum berhasil → karena belum berhasil, usaha pun DITINGKATKAN lagi → ketegangan MENINGKAT → belum berhasil juga → dan siklus yang lebih besar kembali tercipta: usaha TAMBAH ditingkatkan → ketegangan TAMBAH meningkat → dan seterusnya.

Bisakah Anda menangkap ironinya? Pada kedua kasus, terlepas dari hasil tercapai atau tidak, pada umumnya kita akan terus-menerus berpacu agar lebih cepat, lebih sukses, lebih efisien, lebih baik. Namun pacuan kronis ini membuat stres kita semakin bertumpuk.

Dampak Akhir: Produktivitas Jangka Panjang

Salah satu dampak stres adalah menurunnya produktivitas kerja dan pribadi. Kita tahu bahwa produktivitas tergantung dari tingkat energi, semangat, kreativitas, dan efektivitas yang bisa kita lakukan dalam setiap pekerjaan.

Ketika stres dibiarkan bertumpuk dan berlarut-larut, semua hal yang menunjang produktivitas tersebut akan mulai berderit, aus, bahkan hilang. Dan sekali lagi, harga yang kita harus bayar untuk adaptasi tersebut-mulai dari stres, berbagai ketidakbahagiaan, tidak sehatnya relasi pribadi dan keluarga-sangatlah mahal.

Efek jangka panjang dari stres yang berkelanjutan bisa secara langsung mempengaruhi produktivitas dalam bentuk sebagai berikut: hilangnya semangat kerja, rasa lesu, jenuh, dorongan kuat untuk pindah / meninggalkan pekerjaan, selalu mencari-cari alasan mengapa tempat kerja sekarang tidak sesuai, dsb.

Belum lagi absensi kerja yang bisa meningkat karena saraf sudah terlalu jenuh, atau daya tahan tubuh merosot drastis sehingga jatuh sakit.

Lantas bagaimana kita bisa memelihara diri sekaligus meningkatkan produktivitas?

Menurut saya, kuncinya adalah mengelola energi kita dengan selaras. Memberikan porsi perhatian untuk merawat hardware (tubuh fisik) serta software kita (pikiran, rasa dan spirit) sehingga energi diri bisa tertata dengan selaras.

Jalan Praktis Melalui Keheningan

Meditasi adalah salah satu hal mendasar yang bisa dilakukan untuk menciptakan keselarasan, mengelola dan memulihkan energi, serta mendorong semangat kerja yang bertumpu pada kekinian. Bukan pada harapan atau ketakutan.

Kini banyak perusahaan besar berskala internasional telah menggunakan pelatihan meditasi yang non-agamis untuk manfaat relaksasi, kesehatan, dan produktivitas.

Berbagai studi ilmiah tentang manfaat meditasi, serta pengalaman para pelaku latihan meditasi, melaporkan manfaat-manfaat sebagai berikut:

  • Otak menjadi rileks dan seimbang aktivitasnya.
  • Memulihkan keseimbangan saraf dan kesegaran tubuh.
  • Memperkuat daya tahan tubuh, sehingga lebih jarang sakit.
  • Bentuk melatih konsentrasi yang bersifat RILEKS, bukan FOKUS.
  • Meredakan celoteh pikiran, membuat batin bekerja lebih efisien.
  • Melatih kepekaan intuitif, membantu pengambilan keputusan.
  • Melegakan hati dan melepas stres, sehingga komunikasi dan relasi lancar.
  • Membantu kita menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, kesalahan lebih sedikit.
  • Solusi mandiri, murah, dan sehat untuk meningkatkan kinerja perusahaan

7 Cara Hening yang Merawat Produktivitas Diri

Berikut Anda bisa mencoba 7 buah latihan yang bersifat meditatif, non-agamis, dan praktis, untuk membantu mengasah produktivitas Anda secara pribadi maupun profesi:

  • Meditasi MEREGANGKAN TUBUH

Tahu caranya ‘ngulet’ (istilah nasional: menggeliatkan badan)? Hentikan sejenak kesibukan Anda. Ambil posisi duduk, atau berbaring bila mau, dan regangkan tubuh Anda, dengan sangat perlahan. Benar-benar perhatikan rasa setiap otot dan sendi tubuh Anda. Tidak ada gerakan yang benar atau salah. Nikmati sepenuhnya selama beberapa menit.

Menggerakkan tubuh secara aktif dan penuh sadar, membantu kita memperlambat celoteh pikiran dan melepas ketegangan yang telanjur bertumpuk.

  • Meditasi TUTUP MATA SEJENAK

Hentikan sejenak pekerjaan, tutup mata saja. Istirahatkan saraf mata dan otak mata. Sebagian ahli berpendapat bahwa sekitar 70% komunikasi terjadi secara visual, oleh karena itu sejenak memejamkan mata akan membantu fungsi visual kita beristirahat.

Memejamkan mata juga memicu respons rileks karena kita terbiasa melakukannya saat akan beristirahat atau tidur. Ini juga bermanfaat untuk membuat kita lebih peka akan dunia pikiran dan perasaan dalam diri kita, ketimbang selalu memperhatikan dunia eksternal / sekitar kita.

  • Meditasi BERNAPAS RILEKS

Berhentilah sejenak untuk bernapas dengan sadar dan sengaja. Anda sedang menekan tombol reset pada sistem raga dan rasa Anda. Cukup 3-9 kali bernapas dengan rileks, lambat, dan penuh perhatian. Anda juga bisa melakukannya setelah meregangkan tubuh, sambil menutup mata.

  • Meditasi PERHATIKAN PIKIRAN & RASA DI SAAT INI

Dari waktu ke waktu, cobalah berhenti sejenak dan perhatikan saja segala pikiran dan rasa yang datang dan pergi pada saat ini. Tidak perlu dianalisa, tidak perlu dinilai, melainkan sekadar mengamati saja: “Oh… ada pikiran ini, pikiran itu, rasa ini, rasa itu, oh… sekarang hilang, oh… sekarang ada lagi yang baru, dst.”

Memperhatikan segala pikiran dan rasa dalam diri Anda akan memperkuat kesadaran sini-kini, sehingga kita tidak mudah terjebak dalam berbagai ketakutan, kekhawatiran, dan harapan.

  • Meditasi KERTAS POLOS

Ketika sedang kebanjiran ide, atau baru memulai hari kerja Anda, gudang pikiran penuh bertumpuk dengan hal yang harus dilakukan; ide kreatif, urusan rumah tangga yang perlu dibereskan, dll. Ambil saja selembar kertas polos dan tuliskan semua isi gudang pikiran Anda, termasuk berbagai lamunan, kekhawatiran, dan isi hati Anda. Setelah 5-10 menit (dan mungkin saja satu lembar kertas masih perlu ditambah lagi untuk menampung semuanya), barulah duduk diam sejenak. Nikmati hening sesaat.

Anda akan menemukan kelapangan ruang pikir ketika isinya dituangkan secara tertulis ketimbang sekadar ditampung di otak. Ekstra ruang lapang ini membuat Anda lebih kreatif dan produktif.

  • Meditasi BOBO-SIANG

Khususnya setelah jam makan siang, umumnya kita cenderung mengalami perubahan bioritme tubuh yang menyebabkan rasa lesu atau kantuk. Beberapa perusahaan di Jepang bahkan membudayakan tidur siang di kursi kerja masing-masing. Dan ternyata, tidur siang singkat antara 10-30 menit sangat membantu memulihkan tubuh kembali bugar dan otak kembali segar. Ingat: jangan tidur siang lebih dari 45 menit, agar tidak mengganggu keteraturan istirahat malam dan jam biologis Anda.

  • Meditasi BERJALAN

Cobalah melatih untuk berjalan dengan penuh perhatian. Rasakan langkah demi langkah. Rasakan dan perhatikan satu demi satu sentuhan telapak kaki Anda di lantai. Awalnya akan terasa janggal karena belum terbiasa, dan mungkin jadi terasa sangat lambat karena perlu disadari penuh, tapi lama-kelamaan Anda akan bisa menikmatinya.

Latihan ini melepaskan emosi yang tersangkut, menyeimbangkan aktivitas otak kiri dan kanan, mengajarkan kita untuk menghayati proses, serta melonggarkan obsesi kita terhadap hasil akhir. Meditasi sederhana ini dapat mengurangi kecenderungan bertumpuknya stres.

Selamat berlatih keheningan. Temukan dan alami bagaimana produktivitas bisa diasah tanpa harus sibuk dan tergesa-gesa.

Ada pepatah yang menyebutkan “Don’t just sit there, do something!” (Jangan hanya duduk diam saja, kerjakanlah sesuatu!). Barangkali dalam konteks dunia serba cepat ini, yang kita butuhkan adalah “Don’t just do something, sit there!” (Jangan hanya sibuk mengerjakan sesuatu, duduk diamlah sejenak!)

– Bila Anda menyukai artikel ini, silakan berbagi dengan para sahabat dan keluarga Anda, dengan menyebutkan sumbernya di rezagunawan.com. Terimakasih –

21 Responses to “Jangan Hanya Sibuk Mengerjakan Sesuatu, Duduk Diamlah!”

  1. Arie says:

    Halo. Saya jg mendengarkan anda di cosmo FM. saya mencoba tips anda tentang jangan bergerak, duduk diam. Lucunya, ternyata hal yg seharusnya secara logis mudah, ‘sulit’ bagi saya untuk memulai krn pada saat mencoba diam ada perasaan ‘tidak betah’. Memberi kesadaran pada saya bahwa walaupun saya merasa sudah menikmati hidup, ada sisi lain yg lupa saya recharge… sisi ketenangan hati. Thx tipsnya, sedang dicoba pelan2.

  2. Reza Gunawan says:

    Hi Arie,
    Memang tidak selalu mudah. Apalagi kita cenderung terbiasa bergerak cepat, tergesa, tak bisa diam. Coba dan latih pelan-pelan saja, sadari dan perhatikan dengan sepenuh hati. Selamat berlatih.
    Reza

  3. 31 maya says:

    Salam kenal mas Reza,
    Saya awam dengan dunia meditasi dan baru2 aja mengikuti blog anda, tapi rasanya bakal jadi makanan rutin saya ni, mas 🙂

    Sekedar berbagi..saya pribadi mulai dg cara sederhana,misalnya, sengaja menutup mata dlm perjalanan dari semarang-salatiga, karena saya mulai merasa capek melihat kendaraan disini yang mulai padat. Begitu buka mata hasilnya lumayan lah, saya merasa fresh utk mulai kerja..:)

    Tapi anehnya kebiasaan ini juga yg buat saya jadi agak menarik diri utk hal lainnya..seperti mulai males liat keramaian mall,dsb.
    Memang ada pengaruhya,mas?makasih..

  4. 31 maya says:

    oiya..boleh saya nge link webnya,ya mas..
    maturnuwun

  5. Candra Dewi says:

    Salam kenal Mas Reza,..

    Harus pelan2 ya menerapkan tips2 diatas..soalnya klo sejenak diam, agak merasa aneh,mungkin kurang fokus ya..atau kurang
    suasana yang mendukung..jadi sulit untuk menerapkan.

    Thx bwt tipsnya Mas Reza

  6. Reza Gunawan says:

    Halo Candra Dewi,
    Untuk bisa berlatih dengan lancar:

    Pertama, tunda dulu kesimpulan “sulit” atau “mudah” ketika baru berlatih di awal. Mengapa? Karena faktor belum terbiasa dan masih mengenal latihan baru bisa mendistorsikan kesimpulan.
    Kedua, jangan berusaha fokus, perhatikan saja segala rasa dan pikiran yang muncul. Kalau terasa nyaman, ya perhatikan rasa nyaman. Kalau terasa aneh, ya perhatikan rasa anehnya.
    Saran saya, teruskan berlatih, kalau sudah berlatih rutin sekitar 3x sehari selama 1-2 minggu, baru mulai susun kesimpulan seperti yang Anda tulis sebelumnya.
    Kalau kita ingat-ingat, setiap ketrampilan baru, di awal masa belajarnya pasti terasa agak sulit kan? Percayalah manfaatnya jauh lebih besar ketika Anda semakin terampil.

    Reza

  7. Vani says:

    mas reza..sdh 3 tahun aku selalu setiap pagi melakukan meditasi..manfaat yg dijelaskan oleh mas reza alhamdullilah sdh saya alami semua..

  8. Abe says:

    mas Reza,
    setiap pagi selalu mencoba mendengarkan musik ( lagu rohani ) dengan sepenuh hati kurang lebih sepuluh menit..apakah bisa dikatagorikan kegiatan itu disebut meditasi musik ; trus latihan2nya apa aja ..

    terima kasih banyak utk artikel2nya – hal-hal seperti ini yang sedang coba saya gali dalam diri saya …kapan dicompile jadi buku..

  9. Reza Gunawan says:

    Hi Vani,
    Terimakasih sudah berbagi. Memang latihan keheningan bagi saya merupakan suatu latihan universal (non-agamis) yang sangat penting dalam kehidupan modern sekarang.
    Reza

  10. Reza Gunawan says:

    Dear Abe,

    Mendengar, apakah itu musik, atau ungkapan isi hati orang lain kepada kita, ketika dilakukan dengan sepenuh hati, sepenuh perhatian, dan penghayatan penuh, termasuk dalam kegiatan meditasi.

    Dalam teorinya, ini termasuk meditasi mendengar.

    Kapan dijadikan buku? mohon doakan ya, saya kumpulin dulu bahannya hingga cukup 🙂

    Reza

  11. Dewi says:

    Salam kenal mas Reza…
    Rasanya saya mulai merasa ‘harus ‘ membuka blog anda. Terima kasih sudah berbagi ilmu…saya sedang berlatih bernafas dengan sadar, berapa lama sebenarnya waktu yang cukup untuk latihan ini, karena melakukan 10 menit saja rasanya lama sekali ..dan apa yang paling dapat dirasakan, bahwa latihan ini sudah dilakukan dengan benar. Satu lagi mas, dapatkah latihan meditasi ini dilakukan oleh seorang skizofrenia-paranoid untuk menekan suara2 yang didengarnya, latihan apa yang harus dilakukan sebagai awal dan bisakah dilakukan secara mandiri dengan hanya mengikuti tips2 yang anda berikan atau harus bagaimana…Terima kasih

  12. […] Comments « Jangan Hanya Sibuk Mengerjakan Sesuatu, Duduk Diamlah! […]

  13. chindy tan says:

    Hai Reza,
    usaha berkontak dengan diri atau saya lebih suka memakai istilah-terhubung dengan diri, beberapa waktu belakang saya berupaya mencobanya dengan cara sederhana: tiap mau bicara-rem dulu, biar napas yang berada di depan, redakan keinginan yang sangat untuk bicara, tunda dengan lebur dalam aktivitas napas…satu tarikan, satu helaan…rentang waktu ini untuk mengamati kembali ide yang sudah menggantung di bibir..
    jurus simpel ini lumayan banyak membantu saya untuk noto roso, noto ati, cieeeilee, hehe…

    ps.terima kasih banget ud di link ya Reza
    ciayooo!

  14. sindhiarta says:

    bung Reza,

    saya posting artikel menarik anda ini di blog saya :

    http://smulya.multiply.com/journal/item/142/Jangan_Hanya_Sibuk_Mengerjakan_Sesuatu_Duduk_Diamlah_-_Reza_Gunawan

    sesuai ketentuan, tercantum sumbernya rezagunawan.com
    semoga banyak yang bisa menarik manfaat dari artikel yang
    bagus mencerahkan itu.
    banyak terimakasih
    salam
    sindhiarta – tangerang

  15. Bagus says:

    Salam kenal mas Reza,
    Saya senang sekali membaca artikel ini, dan mulai mencobanya, dan mulai belajar merasakan diri saya melalui beberapa kali waktu hening, dan memang cukup membantu memberikan semangat dan arti kehidupan, terutama dengan menjadi diri yang bebas.
    Terima kasih atas tips dan metode yang disampaikan dengan sederhana.
    Salam
    Bagus

  16. kunto says:

    mas reza… salam kenal.
    kadang sya mncoba hening sperti yang mas ajarkan, tapi kalo lagi sangat sibuk dan banyak pikiran sya jdi tidak bisa tenang ktika meditasi.. rasanya pikiran g bisa brenti. klo saya fokus ke pernafasan, ktenanannya cm sbentar, g lama muncul lgi smua dpikiran sya.
    ada masukan g mas? mohon bantuannya…

  17. mahayundy says:

    mas reza salam kenal……sy sangat senang membaca artikel dr mas reza.Sy sejak duduk di SMP sudah mulai belajar meditasi hingga saat ini juga msih melakukannya.cuma,dr pengalaman sy,kenapa banyak orang yg merasa tidak bs nyaman dng istilah duduk diam sejenak ya mas…..buat sy itu gampang dan sangat nikmat,tp buat org laen tidak mudah.Pertanyaan sy mas,apakah itu ada hubungannya dengan personality setiap org ya mas?kebetulan sy sendiri plegmatis/melankoli .apakah itu berpengaruh juga mas?mohon pencerahannya…..makasih.

  18. adji says:

    Meditasi tidak berpahala, lebih baik dzikir, sholat khusu’, justru dapat meningkatkan endorfin sehingga tubuh menjadi rileks, meningkatkan respon imun tubuh. tubuh ikut bergerak daat membakar kalor dan timbunan lemak.
    dari pada meditasi tidak berguna.

  19. Reza Gunawan says:

    Halo Adji,
    Terimakasih atas opinimu. Saya rasa kalau urusan pahala lebih baik kita serahkan pada Yang Maha Berhak Menentukan Pahala. Jadi saya tidak merasa perlu mengomentari sisi nilai ibadahnya, namun kalau aspek kesehatan seperti peningkatan endorfin, imun tubuh, dll, itu sudah dibuktikan juga sebagai manfaat dari meditasi melalui berbagai penelitian ilmiah. Jadi manfaat kesehatan itu tidak hanya sebatas dzikir atau sholat khusu’ saja. Tambahan lagi, selama saya mengajar meditasi, justru banyak kawan-kawan melaporkan kualitas sholat (maupun ritual doa lain bagi yang bukan muslim) justru semakin khusyu dan membaik setelah rutin berlatih meditasi. Jadi saya rasa bukan sebuah pilihan yang harus saling meniadakan, justru antara ibadah dan meditasi bisa saling melengkapi dan menyempurnakan.

  20. putri verlita says:

    well, nice sekali. udah kadaluarsa kali ya? hehe. tapi aku baru baca hari ini, bermanfaat.
    hem, aku mau tanya om. awal mula om buka perusahaan self healing ini..
    ada pembelajaran khusus sebelumnya?

  21. […] luangkan waktu untuk melatih 7 jenis meditasi di tempat kerja yang sudah kita bahas sebelumnya di sini agar Anda merawat energi dan keselarasan diri untuk tetap kreatif dan […]