Feed on
Posts
Comments

istock_000003461449xsmall

Stres adalah faktor #1 yang paling berdampak negatif pada kesehatan dan kualitas hidup kita. Umumnya hanya muncul di 3 bidang kehidupan: (1) penampilan dan kesehatan tubuh, (2) uang, karier, dan sukses, serta (3) cinta, keluarga dan relasi pribadi.  Dan berdasarkan 3 bidang tersebut, kita bisa mengamati bahwa (hampir) semua orang mengalami stres, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Meskipun kita tidak bisa hidup steril dan bebas sepenuhnya dari stres, kuncinya adalah bagaimana mengelola stres ini agar dampak negatifnya minimal, atau bahkan bagaimana agar energi di balik stres ini bisa diolah menjadi semangat, kebijakan hidup dan kesadaran yang jernih.

Apa yang kita bisa lakukan untuk mencapai ini? Positive thinking? Positive feeling? Being optimistic? Sejujurnya, saya tidak bisa merekomendasikan hal-hal tersebut.

Banyaknya Saran Populer yang Tidak Realistis

Saran untuk berusaha menjadi positif adalah sesuatu yang selama ini diajarkan oleh psikologi populer, pergaulan sosial, strategi bisnis dan manajemen, serta budaya dan tradisi kita.  Namun bagi saya, ini bukanlah sesuatu yang realistis, bahkan bisa membuat stres tambahan.

Dalam mencari solusi stres & masalah, setiap bentuk upaya yang tidak realistis akan memberikan tambahan stres yang sebenarnya tidak perlu. Kita butuh solusi stres yang realistis dan efektif.  Berikut beberapa contoh solusi stres yang kurang realistis:

1. Saran populer “Jangan stres dong”, atau “Anda tidak boleh stres”.
Mengapa ini tidak realistis? Hampir setiap orang mengalami stres, ada yang ringan maupun berat, ada yang sebentar dan juga menahun.  Saran populer seperti ini berpotensi melipatkangandakan stres, karena di atas stres tentang masalah asli yang sedang dihadapi, ada stres tambahan ketika berpikir bahwa ‘seharusnya saya tidak boleh stres’.

  • SADARI: stres dalam hidup pasti ada, terjadi pada setiap orang, dan sangatlah boleh dan wajar ketika Anda mengalaminya. Ketika kita mengerti dan bisa menerima hal tersebut, kita tidak lagi perlu memikul ‘beban ekstra’ tersebut, dan lebih punya energi untuk menghadapi masalah kita yang sebenarnya.

2. Saran populer “Anda harus memilih berpikir & berperasaan positif”.
Ide dan konsep yang cukup indah.  Coba pilih sebuah pikiran atau perasaan positif, misalnya “Saya sehat sekali”.  Sadari sepenuhnya, fokus terus pada pikiran tersebut, dan tahan jangan sampai pikiran tersebut berubah.  Bukankah hanya sekian detik Anda bisa menahan pikiran positif tersebut sebelum perhatian Anda beralih pada topik lainnya, atau bahkan muncul pikiran yang justru kebalikannya, seperti “Ah, masa ‘sehat sekali’? Bukannya baru kemarin sempat sakit juga?”  Lakukan yang sama terhadap sebuah pikiran negatif, dan amati dengan jeli bahwa dalam beberapa detik, pikiran tersebut pun berganti.  Intinya di sini adalah, meskipun dari waktu ke waktu kita bisa memilih buah pikiran apa yang mau kita hadirkan dalam perhatian, sifat dasar pikiran yang memang tidak bisa diam, ditambah dengan segala ‘sampah’ bawah sadar yang tersimpan dalam diri, tidak akan mengizinkan kita untuk mempertahankan pikiran yang kita pilih tersebut terus menerus.

  • SADARI: bahwa kita tidak punya KENDALI PENUH atas apa yang kita pikirkan maupun rasakan dari waktu ke waktu.  Setiap hal yang kita pikirkan, baik positif maupun negatif, baik yang sengaja kita pilih maupun yang tidak kita pilih, akan terus datang. Silih berganti. Selalu berubah. Pikiran negatif kita tidak mungkin bisa bertahan selamanya, dan pikiran positif kita juga tak pernah kekal. Kalau kita bisa mengerti bahwa pikiran dan perasaan kita senantiasa berubah, kita tidak lagi terlalu takut dengan yang negatif, dan tidak lagi terlalu berharap untuk positif selamanya.  Ini akan memberikan kita suatu kearifan untuk lebih rileks dan tenang menghadapi perubahan hidup.

3. Saran populer: “Kalau Anda positif / optimis ketika sedang bermasalah, pasti hasilnya akan positif, dan kalau Anda negatif / pesimis dalam menghadapi masalah, maka pasti hasilnya akan negatif juga.”
Saya melakukan survei singkat kepada ribuan orang dengan 4 buah pertanyaan tentang pengalaman hidup mereka: (1) Apakah Anda pernah berpikir positif dan mendapat hasil yang positif? (2) Apakah Anda pernah berpikir negatif dan mendapat hasil yang negatif?  Sesuai dugaan saya, sejalan dengan saran populer di atas, semua peserta menjawab YA.  Selanjutnya saya ajukan dua lagi pertanyaan: (3) Apakah Anda pernah berpikir positif tetapi kok hasilnya negatif?, dan (4) Apakah Anda pernah berpikir negatif dan kok hasilnya positif juga? Yang cukup mengejutkan, SEMUA peserta juga menjawab YA pada kedua pertanyaan terakhir tersebut.  Jika kita semua mengalami langsung keempat fenomena tersebut dalam hidup, maka kesimpulannya adalah berpikir positif BELUM TENTU PASTI hasilnya selalu positif, dan berpikir negatif BELUM TENTU PASTI hasilnya juga negatif.

  • SADARI: hidup ini indah karena hidup akan selalu berubah, menyimpan berbagai tanda tanya dan ketidakpastian.  Selain ada Hukum Tarik Menarik (law of attraction), masih ada juga Hukum Belum Tentu (law of uncertainty).  Ketika kita bisa rileks dan menghayati ini, kita tidak lagi perlu terbeban tentang HARUS positif dan TIDAK BOLEH negatif.  Kita lebih bisa mengalir dengan segala upaya yang kita jalani dan lebih bisa berserah tentang hasil akhirnya.

Dua Cara Sederhana Mengatasi Stres
Berdasarkan perenungan di atas, saya mengusulkan dua buah strategi praktis untuk mengatasi stres, beban hati dan pikiran negatif:

1. Bernapas dengan sadar.
Berhentilah sejenak, dengan penuh perhatian, hiruplah napas dan rasakan penuh ke dalam diri.  Setelah itu, dengan penuh perhatian, embuskan dengan lepas.  Rasakan pikiran, perasaan, dan tubuh Anda.  Apakah menjadi lebih nyaman, lapang, dan tenang?  Lakukan lagi beberapa kali tanpa berupaya menjadi positif.  Bernapas saja dengan sadar, penuh perhatian.

  • Cara kerja teknik ini sangat sederhana: ketika Anda bernapas dengan sadar dan sengaja, otomatis Anda memperlambat bahkan terkadang menghentikan celoteh pikiran yang biasanya begitu deras dan memenuhi kesadaran Anda.  Ketika pikiran mulai melambat dan rileks, perhatian Anda mulai lebih mengarah pada realitas di sini-kini, bukan pada masa lalu (kenangan, rasa sesal, trauma), dan bukan juga pada masa depan (kekuatiran, ketakutan dan antisipasi). Bernapas dengan sadar, jika dilakukan secara teratur, terutama di saat-saat sibuk penuh ketergesaan, akan membantu kita untuk mengembalikan kesadaran yang jernih.

2. Izinkan diri Anda memiliki rasa dan pikiran apapun
Biarkan dan izinkan diri untuk berpikir negatif ketika sedang mengalami pikiran negatif.  Biarkan dan izinkan diri untuk berpikir positif ketika sedang mengalami pikiran positif.  Ini artinya Anda memberikan izin untuk hidup secara alamiah, apa adanya.  Toh kita sudah mengerti, bahwa baik positif atau negatif, pikiran tersebut tidak mungkin awet selamanya, dan pada waktunya pasti akan berubah juga.

Ada sebuah prinsip yang yang begitu sederhana namun begitu signifikan tentang segala urusan hati.  Saya menyebutnya sebagai Prinsip Paradoks Rasa & Pikiran, yaitu: “Apa pun pikiran dan rasa yang kita tolak, maka dia pun justru semakin awet”, dan “Apa pun pikiran dan rasa yang kita izinkan, justru dia akan semakin cepat tuntas.”

Bisa saja kita juga cukup kenal dengan prinsip ini.  Ketika seorang rekan baru saja mengalami musibah, atau putus cinta, kita terkadang sadar untuk memberikan mereka izin dan kesempatan untuk berduka.  Ini sangatlah sehat, karena dengan izin untuk negatif tersebutlah justru segala pikiran dan rasa negatif menjadi semakin tuntas.  Sementara ketika mereka tidak mengizinkan diri mereka sendiri untuk merasa negatif, karena alasan “saya harus kuat”, atau “saya takut dianggap lemah dan cengeng”, justru negativitas yang sudah ada tersebut menjadi lebih awet dan semakin lama proses penyembuhannya.

  • Obat dari stres dan pikiran negatif, bukanlah berpikir positif, melainkan: (1) mengistirahatkan pikiran yang terlalu banyak berpikir melebihi porsi yang dibutuhkan, dan (2) mengizinkan pikiran dan rasa untuk hadir apa adanya, sepenuh hati.

Stres memang bagian alami dari hidup.  Kalau kita mau memahaminya secara lebih jernih, kita bisa bergerak menuju mengizinkan hidup mengalir alami, apa adanya. Tentunya kita masih boleh melakukan upaya mengatasi masalah pada aspek yang memang di bawah kendali kita, namun diikuti dengan kesadaran untuk melepaskan aspek yang memang bukan di bawah kendali kita.  Dengan memahami ini, kita lebih mampu hidup selaras dengan alam.

42 Responses to “Stres? Jangan Berusaha Jadi Positif”

  1. Yoes Menoez says:

    Mas Reza, ini perspektif baru dalam menghadapi stress, mengingat tips2 menghadapi stress yg selama ini kita yakini seperti selalu berpikir positif atau optimis dan selalu berusaha untuk tidak stress. Sebenarnya secara tidak sadar saya pernah mencoba cara yg mirip dg yg Mas reza tawarkan. Misalnya kalo mau nangis ya nangis aja, kalo lagi bosan atau bete (saya termasuk orang punya ambang kebosanan ckp tinggi dan cukup sebel dg kondisi ini) saya ikuti sebentar perasaan bosan itu dengan tidak melakukan apapun. Dalam menghadapi sesuatu kadang saya menganalogikan diri seperti burung yg sedang terbang dg dua sayap agar seimbang, “sayap optimis” dan “sayap pesimis”, tentu agar bisa siap dengan berbagai kemungkinan, tidak kecewa kalo gagal dan tidak terlalu hepi jg kalo berhasil.

  2. Indra says:

    Reza

    Berapa lama kita izinkan suatu perasaan itu mengalir apa adanya? Kalau kita misalnya sedang mengalami kesedihan krn putus cinta dgn mengurung diri di kamar dan merasa malas dan tdk ada keinginan untuk mulai beraktifitas kembali, berapa lama hal itu dibiarkan? Apabila sudah berlarut-larut, bukankan lebih baik menghentikan mengurung diri di kamar?

    thanks

  3. Dear Indra,

    Selama yang dibutuhkan hati untuk menuntaskan alirannya.

    Asal mengizinkan perasaan tersebut dilakukan dengan sadar sepenuhnya, dalam pengalaman saya berterapi, prosesnya cukup singkat, terkadang hanya hitungan menit atau jam saja.

    Memang berlatih mengizinkan rasa dimulai dari memahami dulu konsepnya, kemudian dalam forum pelatihan, biasanya kita berikan latihan praktek dari konsep tersebut. Ada beberapa teknik latihan yang sulit sekali dijelaskan dalam bentuk artikel, sehingga saya merasa lebih mudah dipahami ketika praktek langsung.

    Namun, secara tertulis, kalau kita seringkali berhenti, sengaja bernapas dan merasakan ke dalam diri, mengizinkan perasaan apapun untuk muncul dan hadir tanpa diusir, seringkali itu sudah lebih dari cukup.

    Selamat berlatih,
    Reza

  4. organik says:

    akan saya coba saran dari anda. thx banget 🙂

  5. Viba says:

    Mas Reza…

    it’s work!!!
    kadang kala kita suka memaksakan sesuatu kepada diri sendiri ya mas…
    dan hal itu yg malah jadi beban…
    semua org hebat pasti pernah lemah.
    semua orang baik pasti pnah jahat.
    semua orang sukses pasti pernah gagal.

    kita sebagai manusia utuh diciptakan punya berbagai macam emosi, dan akan merasakan emosi2 tersebut…

    dan yg paling nikmat adalah dapat merasakan emosi2 tsb dengan apa adanya…

    makasih ya…
    tulisan ini semakin membuat saya yakin untuk tidak takut bersikap, berperasaan dan bertindak…

    salam

  6. Vera says:

    Mas Reza,

    Terimakasih banyak atas artikelnya. Sangat membantu.

    Saya sedang mempraktekan saran anda. Apa tandanya bila hati menuntaskan alirannya? Karena ketika saya pikir sudah tuntas, tapi kok rasa gak enak di dalam ternyata datang lagi. Bagaimana cara untuk mengetahui tempat2 di dalam diri yang ternyata masih menyimpan rasa gak enak itu? Maaf nih saya kesulitan untuk menjelaskannya. Mungkin susah juga ya, untuk menuntaskan hal2 yang subtle karena gak disadari.

    Thanks,

    Vera

  7. onix says:

    ternyata untuk bernafas secara sadar dan penuh perhatian itu susah dan aneh, hehehe… , bayangkan mas reza…… betapa parahnya aq, tapi…. dari saran2 yang pernah aq baca….., God!!!! saran mas reza beneran simple n ga harus menyepi di gunung untuk bertapa. Thxxxx bgttttt mas… tangkyu banget…….:)

  8. indah says:

    Terima kasih mas Reza, artikelnya bagus sekali. Akan saya coba, kebetulan baru putus cinta, hehehe.

  9. Santi says:

    Orang tua saya dihubungi teman yang membeli anak dari sodara mama, dia mau mengembalikan anak yang dibelinya dulu dengan alas an anak itu nakal, tidak nurut dan sering keluyuran malam… merekaa khawatir anak itu nanti hamil… lebih baik kembalikan ke keluarganya saja…. Anak itu sudah yatim piatu… masih ada seorang bibi, kakak mamanya yang adalah kakak ipar mama… setelah mama diskusikan dengan kakak iparnya akhirnya mama setuju untuk menampung Heni, anak kecil itu, bertubuh mungil dan berwajah cantik dengan matanya yang besar.
    Sementara di rumah Heni membantu mama mengerjakan urusan rumah tangga sehari-hari seperti mencuci baju, menggosok , mengepel dsb. Saya lihat Heni bisa dididik menjadi anak baik…
    Saya sebenarnya tidak tega melihat dia hanya melakukan pekerjaan rumah tangga saja, tapi juga tidak tahu kira-kira yang terbaik buatnya itu apa… tapi yang pasti dia tidak cocok mengerjakan kegiatan rumah tangga seperti itu… selalu saja ada kecerobohan yang membuat mama menegur dan memarahinya… sempat terpikir untuk mencarikan sesuatu yang cocok dengannya…. Kebetulan saya ada keinginan untuk berbisnis makanan… saya coba bicarakan dengannya…. Dia menyambut antusias dan menyatakan sanggup melakukannya… Tiba-tiba saya dikontak teman yang ada bisnis makanan di salah satu food court. Saya iseng menanyakan ada tempat lagi gak buat saya bisnis… ternyata ada, dan sampai hari ini telah berjalan semingguan bisnis saya itu…
    Memang awal pikiran saya tidak terlalu berfokus pada laba, tujuan saya adalah mencarikan suatu pekerjaan atau kegiatan yang cocok dengannya sambil menjalankan hobi atau cita-cita untuk bisnis makanan kecil-kecilan… mulai ada stress kecil-kecilan… karena ternyata dagangan belum ramai …. Kalau tidak ramai, tentunya bisnis ini tidak berlanjut lagi. Tentunya saya harus mencari cara untuk menjalankan bisnis ini supaya bisa tetap berlanjut dan bertahan…. Saya sadar, stress yang timbul ini sangat wajar, karena saya menaruh harapan besar untuk bisnis itu, untuk Heni dan saya sendiri. Saya juga sadar ada manfaat lain yang saya dapatkan dari menjalankan bisnis ini…. Bahwa mencari duit itu tidaklah semudah membelanjakannya…. Bahwa harus ada perasaan berpuas diri dan bersyukur atas apa yang sudah di dapat…. Awalnya masih susah saat saya mendengar orang menertawakan saya menjalankan bisnis ini… tapi ternyata dalam keadaan sadar saya bisa menerima, orang itu bukan menertawakan saya… sebenarnya dia menegur saya yang memulai bisnis tanpa menjalankan strategi… seharusnya saya survey tempat dulu… survey pembeli …. Kira-kira apa yang saya jual ini bisa diterima atau tidak…. Dengan keadaan begini saya jadi sadar…. tidak perlu stress berlebihan…. Tapi coba renungkan dan cari jalan keluar…..

    Mohon ide dan saran dari Pak Reza Gunawan…..
    Terima kasih…

  10. Reza Gunawan says:

    Dear Santi,
    Saya kesulitan untuk memahami relevansi antara komentar Anda atas artikel ini, dengan kondisi permasalahan yang sedang dihadapi.
    Kalau seandainya memang perlu konsultasi atau terapi individual, silakan membuat janji dahulu melalui http://www.truenaturehealing.net, di halaman Terapi Individual.
    Terimakasih,
    Reza

  11. Reza Gunawan says:

    Dear Vera,

    Untuk menyadari berbagai tempat yang tersembunyi dalam diri, dimana barangkali rasa tidak enak itu masih kuat tersimpan, jalan yang paling baik menurut saya adalah memperkuat perhatian dan kesadaran kita sendiri.

    Kalau dalam apa yang saya bagikan, cara memperkuat perhatian dan kesadaran adalah dengan mempelajari keterampilan Self Healing. Berbagai latihan yang bersifat meditatif akan sangat membantu.

    Begitu sudah mulai lebih bisa menyadari ke dalam, gunakan prinsip MENGIZINKAN tanpa MENGUSIR rasa tidak enak tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam artikel ini.

    Terimakasih
    Reza

  12. vansibarani says:

    Obat dari stres dan pikiran negatif, bukanlah berpikir positif, melainkan: (1) mengistirahatkan pikiran yang terlalu banyak berpikir melebihi porsi yang dibutuhkan, dan (2) mengizinkan pikiran dan rasa untuk hadir apa adanya, sepenuh hati.

    Tipsnya benar-benar beda. Terimakasih ya Mas.

  13. Siti says:

    Dear Mas Reza,
    Artikelnya sangat mengena. Saya ada pertanyaan buat mas,
    bagaimana cara menghilangkan & memaafkan trauma yang begitu mendalam dan tidak muncul2 lagi.
    Terima kasih.

  14. arif says:

    Mas Reza,,,,,,
    thanks bgt y bwt tips2 nya…sedikit banyak saya br mempraktekkan saran dr artikel mas.saya minta saran mas,bgmn saya bisa mengatakan TIDAK pada teman yg kdg2 tidak mau tahu pd saat lg suntuk…..jd beban ngejalaninya.thanks

  15. yana says:

    Terimakasih, saran ini akan saya coba. Karena selama ini saran yang saya terima selalu menganjurkan berpikiran positif untuk menarik hal2 yang positif, sedangkan yang lain menyarankan saya untuk menikmati hidup.
    Seperti kita mendengarkan sebuah lagu yang kita tidak suka, maka justru lagu tersebut akan setiap saat akan ter-ngiang2 di pikiran kita. Saat2 ini saya sedang seperti di ambang batas ketahanan. Selama lebih dari 5 tahun saya merasakan stress berat, bukannya beban berat itu bertambah ringan, sekarang malah seperti botol yang isinya sudah terlalu penuh, mendesak, dan siap untuk meletus.
    Semoga saran mas Reza bisa lebih meringankan beban saya.
    Terimakasih

  16. Adi Dharma says:

    Salam mas Reza
    saya setuju, karena bagaimanapun manusia pasti punya sifat positif dan negatif…tinggal bagaimana kemampuan kita buat mengolah keduanya jadi sesuatu yang bermanfaat buat kita.

    kalau saya pribadi selalu berusaha berpikir positif, bukan berarti nggak pernah berpikir negatif lho ya hehehe
    karena setahu saya otak nggak pernah berhenti berpikir…kalau nggak dipakai dengan memikirkan hal yang positif nanti pasti dipakai mikir hal hal yang negatif terus

  17. kna says:

    Mas Reza yang baik…
    Terima kasih atas sharing-nya ya, banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan, meski belum sepenuhnya mampu mempraktekkan. Semoga kelak saya bisa bergabung dalam pelatihan self healing. Amin

  18. tenriewa says:

    Artikel yang sangat bagus…..
    Sangat berbeda dengan yang lain. Saya pernah membaca buku THE SECRET buku ini sangat bagus tapi khusus untuk orang yang berhasil menemukan rahasia kekuatan pikiran. Tapi yang tidak bisa dan memaksakan tentunya akan merasa sangat payah. Menurut saya pribadi buku THE SECRET ini terlalu berlebihan dan bisa-bisa mengarah ke musyrik untuk orang muslim. Karena seolah-olah kita menganggap diri kita yang paling kuat di alam semesta bisa jadi meremehkan sang pencipta. Yang benar pasrahkan aja nasib ini pada sang pencipta, Hasilnya akan lebih baik pada kepribadian kita.

  19. liza wardhani says:

    Thanks bgt mas atas rekomen artikel ini..walaupun agak telat aku bacanya!!hehehe..sebenernya ini sesuatu yg baru buat dilakuin..bertahun2 kalo dpt saran pasti disuruh positif thinking terus..yah spt yg aku bilang easy to say but hard to do..tp bener kata mas itu cm analysis!!kayanya wajib dipraktekin!!menerima dan mengizinkan itu apa sama dengan ikhlas??!!kayanya part yang ini agak susah ya!!hehehe..but thanks anyway..really2 helping me..(^_^)

  20. danny says:

    Mas Reza,

    aku mau coba selaraskan yang aku tangkep ide dari mas Reza ini.
    jadi yang Mas maksud jangan berpikir positif bukan berarti pesimis kan? maksudnya jangan mempositif-positifkan hal negarif yang sedang terjadi pada kita, tapi berusaha menemukan kesalahan yang ada pada kita untuk jadi negatif sehingga kita bisa ikhlas menerima masalah yang terjadi pada kita skr.
    misalnya contoh:
    kita dimarahi bos kita karena kesalahan yang kita perbuat, nah untuk menghindari stress, maka kita menegatifkan diri kita atas kesalahan yang kita telah perbuat sehingga dimarahi bos. dengan begitu kita bisa lebih ikhlas menerima amarah bos, dan akan lebih berusaha agar lebih baik dimasa mendatang.
    nah pikiran positif yang tidak boleh disini, kita mempositifkan diri yang seolah2 sebenernya membenar2kan diri kita atas kesalahan yg terjadi. memang pada saat skr dapat juga menenangkan diri kita, tapi bila besok2 dimarahi bos kita lg, maka kita akan menjadi lebih stress dari saat ini, karena kita tidak sepenuhnya menerima kesalahan kita diwaktu lalu yang akhirnya menumpuk dimasa depan.

    benar begitu bukan Mas Reza?
    terima kasih

  21. Dear Mas Reza,
    Terima kasih telah hadir dalam hidup saya, saya dapat alamatnya Mas Reza dari blog-nya Dee. Saya juga penggemar Gede Prama, dan saya lihat Mas Reza berafiliasi dengan Pak Gede. Setiap bertemu Pak Gede dan Tulisannya saya merasa damai, begitupun yang saya rasakan ketika bertemu Mas Reza di alamat ini.
    Saya juga sedang berusaha untuk “menikmati” kesedihan yang datang, berusaha untuk mengucapkan terima kasih. Seperti dalam buku Zen yang saya baca bahwa kita harus merangkul kesedihan dan kebahagiaan, dalam porsi yang sama, memang masih terasa berat bagi saya untuk menerima kesedihan yang datang berkunjung, tapi saya yakin dengan bantuan Mas Reza, saya akan lebih bisa menyadari “kesadaran” baik suka dan duka, agar bisa ikhlas dan ringan seperti Mas Reza.
    Salam Damai.
    Jimbaran, Bali

  22. Ricky says:

    halo reza….bagus sekali artikel anda.Sebagai praktisi hypnosis,dulu saya sering menggunakan direct suggestion untuk berpikir&merasa positif.emang cara itu berhasil,tapi tidak bertahan lama,karena beberapa waktu kemudian saya harus kembali melakukan sugesti untuk “back on track”.
    Setelah saya banyak belajar mengenai meditasi dan beberapa pembelajaran dari anda melalui web dan sms,saya mulai mempraktekan yang namanya mengamati dan menyadari semua yang ada di dalam diri tanpa ingin mengusirnya.Memang proses ini memakan waktu cukup lama,tetapi sesudah berhasil mencairkan suatu pikiran&emosi secara tuntas,anehnya pikiran&perasaan itu tidak kembali lagi untuk selamanya.Tx
    hx a lot untuk semua pembelajaran yang sudah saya terima dari anda….(Ricky,Hypnoterapist & Healing Practicioner )

  23. […] dan seneng juga rasanya karena gw nemuin artikel yang mirip dengan pendapat gw. ditulis reza gunawan. […]

  24. Emilia Lazaro says:

    Pak Reza,
    Bisakah mengadakan pelatihan menghandle stress di company saya ? Kira kira 15-20 orang akan tertarik u/ mengikutinya..Bagaimana prosedurnya ?
    Thanks

  25. widie says:

    satu hal lagi yang ngga boleh dilupakan adalah, senantiasa mendekatkan diri pada allah swt.

  26. fitri says:

    yups..terkadang klo lgi dirundung masalah kita selalu disuruh untuk berpikir positif..memang bagus..tp ga buat seterusnya..karena kenyataan klo kesedihan itu akan tetap ada..positif thinking sama aj dengan berandai-andai klo masalah itu tidak ada tp kenyataannya hal itu memang ada…so buat positif thinking menjadi jeda smntara buat kita rehat setelah itu back to the real life..^_^

  27. cha2 says:

    iya yaa,,kita bernafas, tapi kita suka ga sadar klo kita bernafas…
    asik juga dengerin nafas sendiri.
    bernafas secara sadar, point yg menarik! thanks!

  28. gi says:

    mas reza.. bedanya depresi dengan stress itu apa? saya pernah membaca info ttg gejala2 depresi di salah satu klinik yang saya datangi. Lalu bagaimana dengan stress yg berkepanjangan? hal stress ini membuat saya sakit selama dua tahun ini.. tubuh saya menjadi rentan terhadap penyakit. terutama maagh menjadi sangat kronis. terkadang ketika stress, maagh saya kambuh hingga saya tidak bisa bangun dari tempat tidur seharian. adakah relevansinya stress dengan tubuh?

  29. Pekik says:

    Seperti vipassana 🙂

  30. Christina says:

    Saya kebetulan nemu website ini… sangat membantu. Kira-kira Pak Reza buka konsultasi ndak ya? Saya udah 5 tahun jatuh bangun depresi, ini mengganggu pekerjaan maupun hubungan saya dengan orang2 di sekitar saya. Mohon infonya pak…

  31. Victoria says:

    Mas Reza,
    Terimakasih buat pencerahannya, saya sudah menerapkan untuk tidak berusaha berpikir positif saat stres melainkan pasrah total pada rencana Tuhan, juga latihan pernafasan, hasilnya pikiran menjadi tenang dan saat itu kita justru memiliki sikap positif.
    Saya juga pernah membaca artikel tentang learn helplessness dimana individu akan belajar menjadi tidak berdaya karena situasi2 yang dihadapinya.
    Jika sudah terjangkit penyakit tidak berdaya/tidak mau berjuang lagi apa yang harus dilakukan?
    Terimakasih

  32. Astrid says:

    Finally!!! Accepting the reality is better than faking it! Thanx, Reza!

  33. Richard says:

    Mas reza, saya pernah berpikir serupa. Seringkali orang menggunakan “optimisme” dan “pikiran positif” di saat mereka negatif, dan ini saya lihat sebagai sebuah pelarian dan bentuk “penipuan diri.” Sejak menyadari ini, setiap negativitas yang saya rasakan akhirnya saya biarkan terjadi apa adanya. Saya mengizinkan diri saya untuk merasakan kesedihan, amarah, atau “emosi negatif” lainnya. Dan setelah itu baru saya ajak diri saya berdialog. Hal ini sangat efektif dalam merasionalkan emosi yang saya rasakan. Hanya saja, kalau faktor eksternal berperan lebih besar dari faktor internal, saya sering kalap dan butuh diingatkan.
    Artikel yang sangat bagus, membantu saya kembali ke sini-kini. Terimakasih mas reza.

  34. […] hilarious web from the truly charming guy… Reza Gunawan. Those paragraphs are from his writes here. I simply need a help and simply need to heal myself, and finally found this. Also this article has […]

  35. Arez says:

    dear,
    revolusi dalam menghadapi stress.v seberapa efisien tentang coklat ataw bahkan ‘penuntas’ lain dalam menghadapi stress?apa itu di berpengaruh ‘benar-benar’ atw ‘faktor’ laen sbgai alasan jika memang itu efisien ?dan menurut anda hal ‘lain’ apa yg memang lebih mempan untuk menghadapi stress untuk jenis makanan?_

  36. Reza Gunawan says:

    Halo Arez,

    Menurut saya faktor makanan lebih bersifat pelarian dari stres, ketimbang penyembuhan dari stres. Yang menurut saya efektif untuk menyembuhkan stres adalah teknik TAT dan meditasi. Silakan baca lebih detil di halaman Pelatihan ya

  37. […] : ini artikel teman baik saya tentang pendapat tersebut […]

  38. Insan SN says:

    Pemaparan dari Mas Reza ini sangat sederhana, praktis namun benar-benar logis dan meyakinkan. Counter opinion terhadap yang “populer” pun dilakukan sewajarnya, tak terlalu kuat tapi benar-benar meyakinkan.

    Saran dari saya: Mas, tolong update terus blog ini secara berkala…karena banyak orang di luar sana yang membutuhkan berbagai pemahaman, tips dan panduan dari pakar ahli seperti Mas Reza Gunawan ini. Terima kasih

  39. TEKIRAWA says:

    Saya kebetulan seseorang yang menerapkan meditasi vipasana dalam kehidupan keseharian, banyak kesamaan antara meditasi vipasana dan artikel mas Reza ini. Kesadaran bisa dilakukan setiap saat dan tidak perlu adanya upaya, itulah mengapa meditasi vipasana ( yang menerapkan kesadaran dari waktu ke waktu ), saya terapkan setahun belakangan, setelah menderita stress yang cukup lama di waktu yang lalu. Sekarang saya perlahan-lahan sudah mulai menikmati hidup ini dengan rasa syukur yang benar-benar ikhlas.

  40. Inilah teknik terbaik,seperti yang ditulis oleh Mas Reza, Ikhlas… Apa adanya,alamiah,jujur,dan berserah diri pada-Nya.
    Menyerahkan segala keutuhan kita,pikiran,rasa dan segala perubahannya pada pihak lain yang lebih Tinggi Yang lebih Tau tentang segala hal yang TERBAIK,TERINDAH,TEPAT.

  41. Reza Gunawan says:

    makasih mas, ini sedang renovasi blog, semoga sebentar lagi bisa kembali aktif merawat dan mengupdatenya ya

  42. Raafi says:

    Salam mas Reza,

    Ini perspektif baru.

    Saya kaget ada juga orang yang berperspektif sama.

    Saya berusaha nyari artikel motivasi dan enggak jauh-jauh dari ‘berpikir positif’ lagi. Seakan kita menekan yang ada, bukan menerima nya dan biarkan itu mengalir di dalam diri kita.

    Saya pikir nggak salah juga sih untuk berpikir positif, tapi itu semua butuh proses. Karena stress itu tidak semudah menghapus tulisan salah di kertas. Medium nya beda, kertas sama mental.

    Saya paham kalau kita hanya perlu menerima dan biarkan itu mengalir. Kunci dari kehidupan autopilot sekarang yaitu ‘sadari’ dulu. Ganti jadi manual. Berhenti dan sadari. Itu kata kunci yang saya pahami dari artikel mas Reza.

    Terimakasih, artikel ini telah menambah sudut pandang saya dalam pengembangan diri.

    Seharusnya juga, artikel ini di share agar perspektif ini makin banyak orang yang tau. Mungkin juga ada orang yang tidak menerima perspektif ini. Karena mereka sudah tau cara mereka.

    Salam, dari saya yang nulis ini di akhir 2017. Lama banget berarti dari 2009 ke 2017. Sekitar 8 tahun yang lalu.

    Sukses selalu mas.