Feed on
Posts
Comments

Siaran BFC 90.4 Cosmopolitan FM – 24 Februari 2009

Good tradition

Cinta membutuhkan ruang untuk tetap hidup dan bertumbuh.

Selamat datang di bagian terakhir dari rangkaian latihan kesadaran cinta ini, yaitu hadiah cinta yang ke-4. Hadiah cinta ini adalah memberikan ruang dan keleluasaan. Yang dimaksud dengan ruang dan keleluasaan di sini adalah, kapasitas kita untuk memberikan izin, restu dan kesempatan bagi pasangan cinta untuk bertumbuh, berkembang, dan memilih apa yang terbaik bagi dirinya.

Seandainya saja cinta sudah tiada, dan kita tidak lagi peduli pada kebersamaan, tentunya memberikan ruang dan keleluasaan jauh lebih mudah. Bagi saya pribadi, latihan terakhir ini merupakan yang tersulit untuk dilatih, karena untuk dapat memberikannya dengan tulus, ada begitu banyak hambatan dalam diri yang perlu disembuhkan terlebih dahulu. Namun justru karena tingkat kesulitannya paling tinggi, ini pulalah hadiah cinta yang paling berharga dan bermakna.

Ketika ruang dan keleluasaan tidak cukup diberikan dalam sebuah relasi cinta, maka ini bisa muncul dalam berbagai bentuk perilaku yang seringkali tidak sehat bagi kebersamaan. Misalnya, sikap cemburu yang takarannya terlalu berlebihan, dibuatnya aturan main / pembatasan / larangan yang hanya berdasarkan kepentingan sepihak, serta pudarnya keunikan individualitas dalam kehidupan bersama yang mengatasnamakan “demi cinta”.

Mengapa memberikan ruang dan keleluasaan begitu sulit?
Berikut adalah hal-hal yang menghambat kita dalam memberikan ruang dan keleluasaan:

  • Perbedaan persepsi tentang “yang terbaik”. Ketika kita mencintai seseorang, secara alami kita ingin yang terbaik baginya, dan “yang terbaik” tentunya merupakan acuan kita sendiri. Padahal acuan kita tersebut belum tentu sama dengan “yang terbaik” bagi sang pasangan. Ketika pasangan cinta membutuhkan sesuatu yang berbeda dengan apa “yang terbaik” menurut kita maka tentunya timbul resistensi dalam diri kita, dan kemudian menjadi ganjalan di hati. Di satu sisi, kita ingin pasangan kita bahagia dengan pilihannya, namun di lain sisi, kita tidak yakin bahwa pilihan tersebut pasti berefek baik bagi dirinya, atau bagi kita.
  • Rasa takut dalam diri kita sendiri. Dalam ego dewasa yang telah mengumpulkan serangkaian pengalaman hidup, kita tidak bisa luput dari berbagai rasa takut yang bersarang dalam diri. Rasa takut kehilangan perhatian, takut kehilangan cinta, dan takut hilangnya kebersamaan, seringkali menjegal kemampuan kita memberikan ruang dengan tulus kepada pasangan cinta.
  • Trauma yang belum sembuh tuntas. Trauma adalah segala pengalaman dalam hidup yang efeknya masih berjejak dalam batin kita. Jejak trauma ini mampu melahirkan ketidakmampuan kita untuk membuka hati, menumbuhkan rasa aman dan percaya, mencintai sepenuhnya dan memberikan keleluasaan untuk bertumbuh dalam kebersamaan. Tidak jadi masalah apakah trauma terjadi beberapa hari atau puluhan tahun yang lalu, selama jejaknya masih membekas, maka dampaknya tetap bisa menghambat pengalaman cinta di hari ini, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Bagaimana melatih memberikan ruang dengan tulus?
Kuncinya adalah, semua dari 4 hadiah cinta yang saya tuliskan merupakan pondasi yang lapisannya dibangun secara tekun dan bertahap. Jika Anda benar-benar melatih meluangkan waktu sepenuh hati (hadiah #1), mendengarkan sepenuh hati (hadiah #2), menyatakan diri dengan kejujuran total (hadiah #3), maka secara otomatis, memberikan ruang dan keleluasaan (hadiah #4) menjadi jauh lebih mudah.

Berikut adalah beberapa langkah tambahan yang bisa ditempuh, khusus untuk mengembangkan kemampuan memberikan ruang dan keleluasaan:

  • Nyatakan perasaan hati Anda dengan kejujuran total. Biasanya ketakutan dalam diri semakin kuat ketika disembunyikan. Dengan berani menunjukkan dengan jujur rasa takut dan segala perasaan hati, Anda lebih punya peluang untuk menumbuhkan pengertian dalam pasangan Anda. Dia lebih mampu untuk melihat bahwa Anda bukan bermaksud untuk menjajah kebebasannya dalam memilih, namun Anda masih berproses untuk mengatasi hambatan dalam diri Anda, yang memungkinkan Anda untuk memberikannya keleluasaan. Ingatlah semakin Anda jujur total, semakin tuntas pula tumpukan sampah batin Anda sendiri.
  • Sembuhkan trauma yang belum tuntas pulihnya. Cobalah duduk hening sesaat, kemudian telusuri berbagai pengalaman hidup Anda sendiri. Temukan dan tanyakan pada diri: “Adakah pengalaman hidup saya sendiri, tak peduli sudah berapa lama yang lalu, melahirkan ketakutan saya pada saat ini untuk mempercayai pasangan saya sekarang, atau untuk memberikan ruang baginya untuk menjalankan pilihannya sendiri?”. Menyadari sepenuhnya adalah langkah pertama dan terpenting dalam penyembuhan. Terkadang juga, kita butuh bantuan terapis profesional untuk menelusuri dan menyembuhkan efek trauma masa lalu sehingga kita lebih punya kelenturan untuk bersikap di kekinian.
  • Tentukan batasan bertahap dengan memberikan pengertian yang jujur pada pasangan. Misalnya, kita sepakat untuk memberikan keleluasaan ekstra dengan batasan tertentu yang masih memungkinkan pasangan untuk berkembang, dan secara paralel memberikan kita peluang untuk berproses dalam menyembuhkan sisa hambatan dalam diri. Ketika rasa takut atau trauma masih begitu kuat menghambat tapi kita sudah komunikasikan dengan jujur total, berbagai solusi yang bersifat “jalan tengah” bisa muncul sebagai kesepakatan sementara yang sehat bagi kedua pihak.
  • Bernapas, ambil risiko dan pasrahkan hasilnya. Seringkali kita perlu mengistirahatkan pikiran dan analisa, dan cukup bernapas. Terjun untuk menghadapi ketakutan kita. Ingatlah apapun hasilnya, pasrahkan total kepada Yang Maha dalam hidup Anda masing-masing. Bisa jadi ketika kita berani, bahkan nekat, untuk memberikan ruang bagi pasangan, maka kita juga menemukan satu pengalaman penting bahwa “Oh, ternyata TIDAK SEMUA ketakutan saya PASTI akan terjadi…”. Dan menyadari pengalaman penting ini, di kesempatan selanjutnya, memungkinkan kita untuk bernapas lebih lega, dan lebih berani memberikan ruang.

Bisakah saya menumbuhkan rasa percaya bagi pasangan?
Secara sederhana, sama seperti kita tidak bisa memilih siapa yang kita cintai, dan seberapa dalam kita mencintainya, menurut saya pribadi, kita juga tidak bisa memilih siapa yang kita percayai, dan seberapa dalam rasa percaya tersebut. Rasa bukanlah sesuatu yang kita pilih, rasa itulah yang memilih kita untuk mengalaminya.

Seandainya saja ada formula ajaib yang memungkinkan kita untuk menjentikkan jari hingga muncul rasa percaya total, saya tentu tidak akan merahasiakannya dari Anda. Namun saya juga percaya bahwa meskipun rasa percaya tidak bisa kita kendalikan dan pilih, memberikan ruang dan keleluasaan bagi pasangan cinta adalah sesuatu yang bisa kita latih dengan sadar dan tekun. Sering melatih memberikan ruang, pada waktunya akan menumbuhkan rasa percaya.

4 Hadiah Cinta adalah Untuk Diri Anda Masing-Masing
Saya tidak bisa memastikan ke arah mana energi cinta kita akan menuntun hidup kita masing-masing. Menjalani cinta berarti berani menempuh perjalanan hidup yang penuh ketidakpastian. Berusaha mengubah atau memperbaiki pasangan cinta kita, apalagi setelah membaca tulisan tentang 4 hadiah cinta di sini, adalah jalan paling pintas menuju ketidakbahagiaan. Jadi gunakanlah 4 latihan kesadaran cinta ini untuk UNTUK DIRI ANDA SENDIRI.

Sekali lagi, selamat berlatih kesadaran cinta. Semoga suatu saat nanti, kita semua bisa paham dan hidup dalam cinta yang benar-benar “sejati”.

8 Responses to “4 Hadiah Cinta Sepenuh Hati (bagian 4)”

  1. JJ says:

    “Yang terbaik” versi saya kini (easier said than done, of course) adalah belajar mengijinkan orang yang saya sayangi menemukan kebahagiaannya, apa pun ‘jalan’ yang ia pilih. 🙂

  2. Jo says:

    Thanks Reza,

    Nice sharing. Membuat aku jadi lebih semangat untuk memberikan hadiah cinta ini 🙂

  3. MT says:

    mas reza, saya sangat menyukai sharing dari mas reza, membacanya tidak hanya sekali harus berkali2 agar bisa memaknai arti dari kalimat2 tersebut.
    Tapi terkadang karena rasa cinta yang begitu mendalam , kita tidak diberikan kekeluasaan …..

  4. qb says:

    hi,

    saya suka sekali dgn topik ini. memang kadang sangat sulit untuk memberikan ruang gerak bagi pasangan. bagi saya pribadi hal itu dikarenakan rasa khawatir dan cemas bila si pasangan itu menemukan kebahagiaan melalui ‘hal-hal lain’ disamping the significant other. dan rasa sayang terhadap pasangan perlahan luntur. well, itu memang pikiran sepihak dan terkesan egois. karena dengan memberikan kebebasan untuk orang yg disayangi ternyata akan membuat orang tersebut lebih sayang pada kita karena ia merasa dipercaya dan diberi tanggung jawab.

    at the end of the day, the love you give is the love you take. kalaupun hasil akhirnya memang tidak sejalan dengan yang kita inginkan, mungkin memang dia bukan untuk kita. karena jalan pikiran dan jalan hidupnya pun tak selaras.

    terima kasih.

  5. ayu says:

    Salut dengan isinya, saya sampai menangis. Mudah2an saya bisa belajar lebih banyak lagi bagaimana cara memberikan ruang

  6. ellipsoida says:

    mas reza, makasih atas sharingnya
    saya senang dengan topik ini dan ini benar-benar bermanfaat

  7. achie says:

    mas, ijin repost ya di blog ku. udh aku ksh link post aslinya kok.
    tengkyu mas 🙂

  8. makasih yah atas artikelnya,,menarik untuk dibaca