Feed on
Posts
Comments

Siaran BFC 90.4 Cosmopolitan FM – 17 Februari 2009

- the truth shall set you free -

“The truth shall set you free”

  • Setelah Anda menghayati latihan “meluangkan waktu sepenuh hati”, dan “mendengarkan saja sepenuh hati”, inilah latihan kesadaran cinta ke-3 yang benar-benar akan menguji kelapangan hati kita untuk mengatasi ketakutan dalam diri sendiri. Latihan mengekspresikan diri dengan KEJUJURAN TOTAL.
  • Sanggupkah kita untuk selalu menyatakan kebenaran, terutama kepada pasangan yang begitu dicintai? Apalagi bila beresiko memunculkan konflik, sakit hati, bahkan perpisahan?
  • Perjalanan kita menuju kejujuran selalu menghadapkan kita pada 2 sisi dalam diri. Sisi pertama, adalah sifat dasar hati yang selalu ingin menyatakan kebenaran dengan sejujur-jujurnya. Sisi ini tahu bahwa kita hanya bisa lega dan lapang, setelah menyatakan isi benak sejujur-jujurnya.
  • Sayangnya sisi jujur ini tidak selalu berhasil mendapatkan kesempatan untuk terpenuhi. Alasannya? Ada sisi kedua dalam diri kita, yang penuh kekuatiran, bahkan ketakutan akan resiko menyatakan kejujuran. Ego kita menciptakan rasa takut akan konflik, sakit hati, menyinggung perasaan pihak lain, dan kita juga takut akan perpisahan. Bagaimana kita bisa mengatasi hal ini, sehingga membuka diri sungguh menciptakan kelegaan dan kelapangan dalam hubungan cinta?

Ukuran Kejujuran Total: Jelas-Jujur-Lengkap

  • JELAS, artinya kita menyatakan isi benak (pikiran maupun perasaan) tidak secara samar-samar, tidak terlalu umum, dan cukup spesifik sehingga mudah dimengerti pasangan. Contoh kalimat tidak jelas: “Kamu koq kurang perhatian sih!”. Tidak ada penjelasan lebih lanjut. Si pendengar merasa tersinggung tanpa mengerti apa yang dia lakukan sehingga mendapat predikat “kurang perhatian”.
  • JUJUR, artinya tidak membelokkan apalagi membalikkan yang sebenarnya sehingga pasangan bisa memahami komunikasi sesuai dengan makna asli apa adanya.
  • LENGKAP, artinya tidak mengurangi komponen isi dari komunikasi, misalnya isi benak kita ABCDE, namun kita hanya sampaikan ABC saja. Komponen D & E yang tidak disampaikan, barangkali sengaja atau tidak, tersensor dalam komunikasi karena kita kuatir bagian tersebut sulit diterima pasangan, atau bahkan bisa memicu pertikaian.

Mungkin Anda punya pertanyaan dalam hati, mengapa harus JELAS, JUJUR dan LENGKAP? Bila Anda cukup akrab dengan sistem email, anggaplah saja benak Anda sebagai OUTBOX, dimana semua email yang perlu dikirim, akan singgah dahulu disana. Jika sudah terkirim keluar semua, maka OUTBOX (batin Anda) akan lapang, lega dan kosong. Jika tidak berhasil dikirim semua, maka OUTBOX akan menyisakan tumpukan email / komunikasi yang tertunda. Demikian pula benak Anda, yang akan menjadi berat, penuh dan sulit sekali lega, bila isinya belum tersampaikan secara lengkap dan tuntas.

Mahalnya Kejujuran Total Yang Tertunda

Jujur memang tidak selalu mudah, karena seringkali ketidakjujuran menjanjikan manfaat jangka pendek yang lebih menarik ketimbang nekat untuk jujur. Namun cobalah ingat juga berbagai “harga” yang harus kita bayar atas kejujuran total yang tertunda:

  • Semakin lama kejujuran total tertunda, semakin banyak juga tumpukan beban pikiran, rasa bersalah, serta ketakutan yang menghalangi kita untuk hidup selaras.
  • Semakin banyak tumpukan beban ini, semakin mungkin pula energi cinta kita yang murni akan tergerogoti, bahkan lama-kelamaan rasa cinta tersebut akan pudar hingga “mati”.
  • Ketika hubungan cinta sudah berjalan lama, dimana ketertarikan satu sama lain mulai berkurang alami, dan muncul begitu banyak perbedaan sudut pandang, sebenarnya kejujuran adalah pilar terakhir yang mampu menyelamatkan suatu hubungan, dan kejujuran yang tertunda bisa mengakhiri harapan terakhir untuk kelanggengan yang baik.
  • Berbagai ilmu penyembuhan alamiah, yang sekarang ditegaskan lebih lanjut melalui riset ilmiah, menyadari hubungan antara beban pikiran dan perasaan, dengan tubuh yang bisa mengalami berbagai penyakit fisik karena konflik batin yang tak kunjung tuntas. Bahkan seorang dokter terkenal dari Jerman pernah berkata, “We are only as sick as our secrets” artinya “Kita hanya sakit sejauh rahasia yang kita simpan dalam hati.”

Mengapa Sulit Sekali Jujur Total

Kesadaran adalah langkah penyembuhan yang pertama dan terutama. Setelah menuai kesadaran tentang mahalnya kejujuran total yang tertunda, marilah kita sadari mengapa kejujuran total begitu sulit untuk dicapai:

  • Banyak pengalaman hidup masa lalu, bisa yang belum lama berlalu, hingga masa kecil, yang berbekas / traumatis pada batin, dan dalam pengalaman tersebut kita belajar bahwa jujur itu merugikan, menyakitkan, dan lebih aman untuk tidak jujur. Disinilah ketidakjujuran mulai lahir sebagai strategi untuk selamat dalam berbagai permasalahan hidup. Untuk itu, sembuhkan trauma Anda agar terbebas dari hambatan ini
  • Berbagai tumpukan trauma batin yang belum sembuh tuntas, melahirkan rasa takut akan konflik, rasa sakit hati dan takut perpisahan / kehilangan. Ini semakin memperkuat ‘radang’ pikiran untuk tidak jujur. Upayakanlah kesembuhan pada ketakutan Anda, sehingga Anda lebih mudah jujur dan lega.
  • Kita sering terlalu naif memandang bahwa kehidupan cinta yang ideal dan sehat itu hanya diwarnai oleh pengalaman yang manis dan menyenangkan saja, padahal konflik adalah bagian dari relasi cinta yang sehat. Akibat kenaifan konsep hidup tersebut, kita semakin takut akan pertikaian, dan ketidakjujuranpun akhirnya sering dipilih agar selamat dari konflik. Sadari kenaifan konsep Anda, dan bentuklah konsep relasi cinta yang lebih natural dan realistis.
  • Kita belum tahu bagaimana mengungkapkan diri dengan baik. Ketrampilan komunikasi yang kurang terasah, bisa menyulitkan kita untuk menyampaikan perasaan hati dan isi pikiran kita dengan jelas. Untuk itu, pelajarilah teknik komunikasi yang lebih baik, jelas, dan membangun pengertian. Salah satunya adalah Non-Violent Communication (NVC), yang sudah pernah dibahas sebelumnya.
  • Kalau kita amati setumpuk rasa takut yang kita pikul dengan detil, kita juga bisa sadari bahwa sebagian besar ketakutan kita tentang apapun, tidak pernah benar-benar terjadi. Kejujuran belum tentu menghasilkan petaka yang pasti. Bernapas, sampaikan kejujuran dengan total, dan pasrahkan hasilnya, lebih baik daripada menunda kejujuran jangka panjang.

Mengalami Langsung Keampuhan “Energi Jujur”

  • Dalam hubungan cinta, saya pribadi meyakini bahwa kelanggengan memang penting, namun kejujuran total lebih penting daripada awetnya suatu hubungan. Mengapa? Karena untuk mencapai langgeng ada begitu banyak faktor yang berada di luar kendali kita, sementara kejujuran total, hampir sepenuhnya merupakan pilihan kita sendiri.
  • Berteori, dan berdiskusi panjang lebar, tentang kejujuran total saja, tidak akan pernah cukup. Anda perlu berdiri di batas kejujuran, dan ‘siap untuk terjun’ demi mengalami energi jujur secara langsung. Sering sekali hasilnya akan begitu mencengangkan. Untuk bisa jujur dengan pasangan cinta Anda, kita perlu mulai dengan kesadaran yang jernih, dan mulai dengan jujur kepada diri sendiri.
  • Ingat, kejujuran total tidak harus diraih dalam semalam. Ketika Anda mampu untuk menyumbangkan setetes ekstra kejujuran di setiap kesempatan kepada pasangan cinta Anda, itu sudah lebih dari cukup. Selalu sadari itu.

37 Responses to “4 Hadiah Cinta Sepenuh Hati (bagian 3)”

  1. dvia says:

    Dear Mas Reza,

    Senang sekali bisa membaca tulisan mas reza tentang kejujuran. Memang bagi saya kejujuran itu lebih baik dari pada terus di bohongi walaupun kejujuran itu terkadang sakit sekali untuk di dengarkan. Banyak saya mengalami kebohongan di lingkungan saya terutama dalam pertemanan, tapi dari situ saya dapat menilai apakah teman saya adalah sahabat sejati saya. Selama ini saya berusaha untuk jujur terutama untuk pasangan saya, karna pasangan saya tidak hanya sekedar seorang suami, tapi dia adalah teman terdekat saya, sahabat dan kakak bagi saya. Namun terkadang ada beberapa hal yang saya tidak ceritakan , yang bagi saya hal itu hanya akan membuat menggangu pikiran pasangan saya, selama saya bisa menyelesaikan masalah tersebut saya akan “keep” untuk tdk membicarakan kepada pasangan saya. Apakah “tidak cerita” dengan “tidak jujur” mempunyai pengertian yang sama mas ??? terima kasih sekali apabila mas reza mau menjawab …..

  2. Emma says:

    Hi Mas Reza,

    Thanks for sharing this article.
    My experience.. banyak juga yg kaget n kecewa dgn kejujuran yang saya berikan. Akhirannya saya malah yg jadi ngga enak hati. Walaupun at the end, saya selalu berpikir “apapun yg akan terjadi yaa terjadilah”.

    Nah.. adilkah kalau saya juga menuntut kejujuran yg sempurna dari pasangan saya? trus, gimana yaa untuk mengarahkan pasangan agar dia juga ngga ragu2 untuk jujur kpd saya?

    Thanks yaa Mas Reza…..

    Cheers,
    Emma

  3. dewi hadriyani says:

    “We are only as sick as our secrets” —–> yea right setuju bangeeeet…tulisan yang inspiring banget mas reza…cuman emang gak gampang siy…:-)

    gimana donk kalo kitanya maunya jujur….dan termasuk karakter yang siap juga menerima kejujuran…tetapi yang di sebelah sananya susaaaah banget mendengar “kejujuran”…??

  4. yanne says:

    saya pernah py pengalaman buruk mengenai pentingnya kejujuran dalam sebuah relationship.

    suatu saat pacar saya (dulu) ingin transparansi hubungan. ia ingin tahu masa lalu saya yang bs dibilang gak bagus. awalnya saya menolak karena saya masih trauma. namun setelah dia memaksa, saya terpaksa bercerita padanya ttg masa lalu saya. kotak pandora telah terbuka. dan seperti yg saya takutkan, dia syok dgn masa lalu saya.

    kami memang gak pnh bercerita soal masa lalu sebelumnya. apa sih masa lalu itu? hanya cerita yg udah lewat. tp ternyata tidak segampang itu menilai masa lalu sebagai ‘masa lalu’ karena terbukti, dia meninggalkan saya karena tak siap dengan konsekuensi kejujuran saya terhadap masa lalu saya.

    saya sedih dan terpukul. harga diri saya jatuh. saya sempat membenci diri saya. berat, namun saya mencoba mengerti perasaan ex saya yg tidak bs menerima ketidaksempurnaan diri saya.

    seiring waktu, sendirian, saya mencoba menerima keadaan saya. belajar berteman dengan diri saya. in the end… hikmah yang bs saya ambil, saya tidak sempurna dan akhirnya bisa mencintai ketidaksempurnaan itu. dan ternyata, kehilangan orang yang kita cintai bukanlah bencana besar, ketimbang kita kehilangan diri kita sendiri demi menyenangkan hati orang yang kita cintai.

    thx for the article. very inspiring…..

  5. Dear Dvia,

    Kriteria kejujuran total adalah JELAS, JUJUR dan LENGKAP.

    “Tidak cerita” sama dengan “tidak jujur total”, karena belum lengkap.

    Selamat berlatih,
    Reza

  6. Dear Emma,

    Anda bertanya “adilkah kalau saya juga menuntut kejujuran yg sempurna dari pasangan saya? trus, gimana yaa untuk mengarahkan pasangan agar dia juga ngga ragu2 untuk jujur kpd saya?”

    Mengharapkan, mengarahkan dan menuntut orang lain untuk berubah adalah JALAN PINTAS menuju ketidakbahagiaan abadi.

    4 latihan kesadaran cinta adalah untuk diri kita masing-masing, agar kita yang semakin murni dalam mencinta. Ketika pasangan kita sedang 10%, 50% atau 80% jujur, tugas kita bukanlah membuatnya menjadi jujur total. Tugas kita adalah melakukan latihan kesadaran cinta #2, yaitu MENDENGARKAN SAJA SEPENUH HATI.

    Semoga jawaban ini bisa membantu kesadaran kita untuk berhenti berusaha mengubah orang lain, sehingga kita lebih mudah menerima diri sendiri dan kehidupan.

    Reza

  7. Dear dewi hadriyani,

    Sekali lagi kita tidak bertugas untuk membuat pasangan kita mengatasi kesulitan mereka mendengar kejujuran.

    Tugas kita adalah melakukan latihan kesadaran cinta #2, yaitu MENDENGARKAN SAJA SEPENUH HATI.

    Marilah bersama-sama berhenti mengubah pasangan, dan belajar menerima segala sesuatu apa adanya…

    Reza

  8. Dear Yanne,

    Terimakasih atas sharing Anda.

    Saya pun pernah mengalami hal serupa. Dan memang tidak mengatasi rasa kecewa ketika pasangan tidak bisa menerima 100% kejujuran kita.

    Namun, ketika saya menemukan seorang pasangan, yang mampu mendengar dan menerima 100% masa lalu saya, meskipun sangat mengerikan untuk saya ungkap, dan butuh proses dan air mata untuk menyembuhkan letupan kejujuran tersebut, saya baru sadar.

    Sadar bahwa itulah cinta sejati. Ketika kita bisa menerima pasangan kita 100%, dan menerima diri kita sendiri 100%, tanpa menuntut perubahan apapun. Dan ketika saya mengalami “diterima sepenuhnya”, saya merasa seperti “dilahirkan kembali”. 100% baru.

    Saya baru saja berbagi dengan Anda, bagaimana dan mengapa saya begitu mencintai pasangan hidup saya, sepenuh hati, saat ini. Dari pengalaman langsung ini, saya pribadi sekarang begitu yakin bahwa kehidupan cinta yang ideal, adalah yang natural, yang berpijak pada KEKINIAN dan KEJUJURAN.

    Semoga membantu menghayati cinta sejati dalam hidup Anda sendiri.

    Salam jujur,
    Reza

  9. dewi hadriyani says:

    thank you reza…, berarti kayaknya saya masih harus bener2 banyak belajar yang di nomer dua niy…

    okeee…one again makasiiii…:-)

  10. Ninot says:

    dear mas reza

    Tulisan “mengapa sulit sekali jujur” sangat mengena saya.
    Melihat pengalaman hub orang tua yg tidak harmonis membuat saya untuk “harus” membangun suatu hub cinta manis dan menghindari konflik sehingga ketika menjalin suatu hubungan yg mulai serius saya merasa terbebani, karena nantinya saya harus memperlihatkan/ mengekspresikan apapun perasaan saya pada pasangan. Pasti akan menimbulkan konflik!!! Ini saya rasakan sangat berat, saking beratnya saya lebih merelakan putus hubungan ketimbang mempertahankannya.
    Sekarang ini saya sedang menjalin hubungan yg serius dan saya tidak ingin hubungan ini seperti yg sudah sudah, sy ingin mempertahankannya.
    Apakah yang saya rasakan ini bisa dihubungkan dgn tingkat kematangan seseorang. dan bagai mana melatih kejujuran itu yag kata mas reza dilakukan secara bertahap. Tolong donk mas… aku ga mau ini terus merandang dalam diri
    Thx u b4

  11. Hai Ninot,

    YANG PENTING DIINGAT: Kejujuran total tidak diperoleh dalam semalam. Bisa memberikan setetes ekstra kejujuran dalam setiap kesempatan itu sudah lebih dari cukup.

    Selalu ingat dan selamat berlatih,
    Reza

    PS: beberapa guru saya mengajarkan teknik komunikasi berbasis kejujuran dan dibarengi dengan ketrampilan mendengarkan saja. Bagi saya, itu adalah obat mujarab untuk merawat setiap hubungan. Suatu saat, saya berharap untuk bisa mengadakan pelatihan sejenis ini, karena penjelasan teknis secara tertulis dalam bentuk blog punya keterbatasan, yang hanya bisa ditembus oleh praktek langsung dalam format pelatihan. Semoga segera terlaksana dan Anda bisa menikmatinya juga.

  12. Ninot says:

    thx mas masukannya
    saya berharap mas mau mengundang saya untuk ikut latihan ini.
    Saya tunggu undangannya.

  13. Danti says:

    dear mas reza,

    saya setuju banget tu Mas Reza, dengan jujur malah akan semakin membuat kita mengenal pasangan kita, ya mungkkin awalnya dengan kejujuran itu akan timbul konflik karena ada satu pihak yang tidak bisa terima , tapi ternyata dengan berjalannya waktu, pasangan kita malah lebih bisa menerima dengan apa adanya.
    jadi setuju deh dengan mas reza……

    thank you deh mas atas saran sarannya selama ini

  14. MT says:

    kejujuran bukan hal mudah untuk dilakukan….tetapi tetap harus dilaksankan. …. karena takut akan imbas dari kejujuran membuat orang lebih baik tidak berkata jujur.
    saya sangat membaca artikel mas reza……………ditunggu kelanjutannya…………..smile

  15. Alma says:

    Dear Reza…. Ketika hubungan dengan pasangan sedang dalam konflik, saya berusaha untuk jujur sepenuh hati….dan ternyata sangatlah melegakan walaupun tidak mengubah keadaan. Justru yang sulit adalah ketika saya mendengarkan pasangan saya yang berkata jujur dengan sepenuh hatinya… Yang ingin saya tanyakan, apakah ketika kita merasa sedih dan kecewa dengan kejujuran pasangan kita itu berarti saya tidak mencintai dia apa adanya?

  16. Hai Alma,

    Merasa sedih, senang, kecewa, maupun puas ketika mendengarkan kejujuran pasangan itu wajar dan alami. Yang penting kita meluangkan waktu dan perhatian penuh untuk MENDENGARKAN SAJA, tanpa komentar, tanpa pendapat, tanpa penilaian, apalagi saran. Ini sangat penting.

    Yang juga penting sekali, penentuan “berarti saya tidak mencintai dia apa adanya” atau “memang saya mencintai dia apa adanya”… adalah bentuk penilaian. Segala jenis penilaian, baik bernilai baik atau buruk, justru menghalangi energi cinta yang murni dan apa adanya.

    Cobalah lebih longgarkan kecenderungan menilai diri maupun pasangan, sehingga lebih ada kesadaran dan ruang untuk melatih 4 hadiah cinta ini.

    Selamat berlatih
    Reza

  17. eunike says:

    alo mas reza, aku minta petunjuk ni..:) gini aku skrg sedang jalan dengan pasangan yg beda 14 thn lebi tua, dia seorang duda dengan 1 ank adopsi. & kami sudah menjalani ini selama 2 taun.aku bingung ni apkah aku “perlu” bicara dengan dia mengenai , ketidaksukaanku akan ank kecil? apakah “perlu untuk bicara jujur” /just let it flow,..aku ga ngerti jg knp skrg ini a ga bgitu suka dengan ank kecil,apalg kl mereka sdh mulai nangis (krn ponakan ku kayk gt)..until now, i choose to just keep silent and never talk about tis to him..slama kt bareng dia jg jarang bw ank nya, ya hang out brg ank nya paling br 2-3 kali aja..aku jg ga tau knp dia bgtu.aku ga brani bahas jg krn aku sndr jg ga tau pasti apakah emang aku blm bisa trima ank kecil saat ini dan kedepannya apabila km sudah resmi menikah,aku br bisa menerima kehadiran ank ini,,aku jg gatau..
    Thanks ya seblumnya…i really like ur sharing in cosmo,really inspiring me ..tq

  18. karin says:

    Dear mas reza,

    saya orang yang terlalu banyak mengeluh, rasanya ga ada yang positive semua selalu kerasa salah.
    selama 3 tahun terakhir emang saya banyak dikecewakan sama orang2 terutama, teman dan pasangan saya.makanya saya rasa pikiran saya ga pernah bisa untuk berfikir positive.
    saya juga terus2an terjebak di masa lalu kayanya susah buat menerima masa lalunya pasangan saya.
    semua masalah selalu saya bikin ribet.
    dan saya rasa teman2 saya juga bosen denger keluhan saya.
    saya pengen selalu happy dan bisa menerima masa lalu pasangan saya dan move on.

    mohon bantuannya ya mas.
    makasi banyak sebelumnya

  19. ichsanku says:

    salam kenal mas reza.. 🙂

    mau tanya, eh “saya mau tanya nih”.. hehe (latihan kesadaran). Apakah kejujuran terhadap sesuatu, terutama terhadap diri sendiri, harus bebas dari dikotomi benar dan salah?

    saya kebetulan ada literatur buku Pak Gede Prama. Dan sumber kecemasan, apati, dan ketidaknyamanan hidup seringkali karena kita terlebih dulu melakukan penilaian, tanpa mau melihat bahwa itu tak lebih sebagai proses pertumbuhan. Apakah kita terlebih dulu harus melepas judgement seperti itu? Padahal pada kenyataannya, saya menilai ‘kemalangan’ adalah ‘merugikan.’
    bebas dari penilaian terhadap hidup ternyata sulit sekali..

    demikian, saya numpang curhat. hehe. terimakasih..

  20. dheyrel eff says:

    mas reza.. lama saya mengulang dan membaca semua tulisan menyentuh mas.. hanya saja ternyata hal tersebut sulit sekali diwujudkan khususnya mau menerima semua pengakuan jujur pasangan yang sangat saya cintai.
    dulu saya beranggapan bahwa dia (pasangan saya) cukup bangga dengan saya demikian juga sebaliknya, tapi seiring berjalannya waktu semua menjadi semakin kabur.. padahal saya selalu berusaha memegang janji dan kepercayaan dia tapi sepertinya dia justru meragukan itu semua, bahkan yang terparah dia sudah mulai mengkianati kepercayaan saya.
    hari ini untuk kesekian kalinya saya harus menahan rasa pedih yg amat dalam, setelah kemaren saya menemui kenyataan bahwa dia melakukan apa yg saya takutkan yaitu penghianatan (itu juga setelah saya desak supaya dia berkata jujur, karena secara kebetulan saya menemukan bukti2).
    sakit, kecewa, bahkan timbul rasa takut menghadapi kenyataan2 ini, sedemikian sulitkah menerima ungkapan jujur pasangan kita.
    hari ini saya cuma berharap mudah2an saya cukup kuat untuk mempersiapkan mental dan diri saya jika sewaktu2 dia mau mengungkapkan kejujuran2 lainnya.
    hampir 4 tahun kami pacaran setelah itu hampir 7 tahun kami menikah, ternyata terasa semakin sangat berat beban yang harus pikul untuk meyakinkan dia bahwa saya membutuhkan kejujuran2 dia… seharusnya dia tahu betapa saya sangat mencintainya.

  21. Dear Eunike,

    Bagi saya, kalau memang pendapat saya yang Anda inginkan, sebenarnya prinsipnya sederhana: semua bentuk hubungan cinta jangka panjang perlu didasari kejujuran total.

    Bila Anda tidak berencana membina hubungan jangka panjang yang otentik dengan orang ini, atau siap berhubungan jangka panjang dengan membayar harga kejujuran yang tertunda, itu adalah pilihan yang sah.

    Sebenarnya ketidaksukaan pada pasangan (termasuk pada anak dan atribut lainnya), bisa disembuhkan melalui kesadaran, kejujuran total, dan terkadang juga terapi. Namun langkah awalnya, yaitu menyadari dan mengungkapkan diri dengan jujur, harus ditempuh oleh Anda sendiri terlebih dahulu.

    Silakan memilih yang dirasakan paling sesuai. Selamat berlatih!

  22. Dear Karin,

    Salah satu prinsip sederhana untuk hidup berbahagia, menurut pengalaman saya, adalah berhentilah berusaha mengusir negativitas, dan berhentilah berusaha menjadi positif.

    Semua rasa, baik positif atau negatif, selalu datang silih berganti dalam diri SETIAP ORANG, bahkan pada orang yang selalu mengaku dirinya negatif, dan juga pada orang yang selalu mengaku dirinya positif.

    Tidak ada manusia yang sanggup selalu negatif 100%, dan tidak ada juga manusia yang sanggup selalu positif 100%. Itu tidak natural, tidak realistis, dan berusaha mengubahnya seringkali menimbulkan stres lebih tinggi.

    Belajarlah self healing lebih mendalam agar bisa mempraktekkan hidup natural. Anda bisa mulai dengan artikel “Keajaiban Sang Napas”, dan juga mengikuti acara meditasi mingguan kami.

    Semoga bermanfaat,
    Reza

  23. Dear ichsanku,

    Ya, kejujuran pada tingkat paling mendasar, memang bebas dari dualitas baik-buruk, benar-salah.

    Melepaskan judgement memang tidak mudah, namun juga tidak perlu. Kita cukup mengenali kenyataan sebagai kenyataan, dan menyadari penilaian (judgment) sebagai penilaian. Sadari dan jangan dicampur-campur.

    Di setiap hal dalam hidup, kita selalu bisa melihat minimal 2 sisi, termasuk dalam ‘kemalangan’. Demikian juga kemujuran 🙂

    Terimakasih buat komentarnya,
    Reza

  24. Dear dheyrel eff,

    Yang sulit (terkadang) adalah menjalani kehidupan cinta. Latihan yang saya tuliskan BUKANLAH bagaimana menerima kejujuran pasangan kita, namun belajar mendengarkan saja.

    Mendengarkan saja sepenuh hati, tidak berarti Anda harus menerima. Mendengarkan artinya Anda memberikan perhatian penuh dan kesempatan bagi pasangan untuk mengungkap seluruh isi hati dan pikirannya secara jelas, jujur dan lengkap. Tidak dipotong oleh komentar, opini, saran dan solusi.

    Setelah Anda mendengarkan saja sepenuh hati, silakan sampaikan isi hati Anda secara jujur total. Kombinasi silih berganti antara mendengarkan saja sepenuh hati + mengungkapkan diri secara jujur total, adalah proses penyembuhan yang Anda akan jalani bersama.

    Terkadang juga, menjalani proses ini dengan bantuan seorang terapis profesional bisa sangat membantu. Ingatlah untuk selalu bernapas dengan sadar.

    Semoga bermanfaat,
    Reza

  25. vansibarani says:

    Terimakasih Pak Reza, tulisan-tulisan Anda bermanfaat sekali bagi saya. Keep writing.

  26. Madarani says:

    Kak Reza, makasih yaaa..
    tapi kadang aku suka ngga sanggup untuk bilang hal ABCD, cuma sampe AB,, sisanya cuma bisa sesengukan :(( rasanya semua itu tertahan, tercekat di tenggorokan. Ahh gimana doong, jadi ngga total :((

    oya 1 lagi, ‘bernafas dengan sengaja’ jadi lebih sering saya lakukan 😉

  27. boy hidayat says:

    bagus sekali tulisannya

  28. yanti says:

    Dear mas Reza
    Mas Reza saya senang sekali membaca tulisan anda mengenai kejujuran. Namun apakah boleh kita tidak jujur pada pasangan bila hal itu akan membahayakan dan memecahkan mahligai perkawinan yang telah sekian waktu terajut?terima kaih atas jawabannya.

  29. Reza Gunawan says:

    Halo Yanti,
    Semuanya boleh-boleh saja karena toh merupakan pilihan. Namun bagi saya pribadi, kebersamaan yang berhasil dipertahankan melalui ketidakjujuran, bukanlah suatu kebersamaan yang pantas dipelihara. Bagi saya, kejujuran punya nilai lebih tinggi daripada kelanggengan, meskipun tidak selalu mudah melakukannya.

  30. asmara says:

    Hai mas reza,bagus dan inspiring skali artikelnya.pasangan saya mengalami kesulitan untuk mendengarkan..dia sgt2 tdk suka obrolan detail dan spesifik.buat dia itu tdk penting,ada masukan gmn memberi tahu pasangan saya klo berkomunikasi itu penting dlm suatu hub,yg mau tdk mau dmulai dari saling mendengarkan terlebih dahulu?
    trimakasih mas reza
    Keep on writing yaa..

  31. indiraputeri says:

    salam jujur,mas reza

    Hal yg saya khawatirkan ktika sy jujur dgn pasangan adlh saat dia mulai tdk bs menerima saya, lalu berpisah, dan bgitu seterusnya. Lantas hrs ad berapa orang yg mengetahui cerita hidup saya,mas? Padahal mnurut saya, hal2 itu mrupakan something personal skali 🙂

    Sjauh ini, sdh dua manusia yg berkesempatan mengetahui saya,lalu berlalu. Apakah berani totally jujur jg sepaket dgn kepasrahan utk ‘diketahui’ banyk org? sy selalu brusaha jujur, dan apakah memang seperti itu resikonya? Mohon sharing dan infonya 🙂

    Salam jujur,
    Putri.

  32. Silmy Untsa says:

    Mas Reza..saya meneteskan air mata membaca artikel ini…
    menyadari bahwa ada beberapa hal dari masa lalu yang membuat saya seolah tersendat untuk mengungkapkan kejujuran…
    dan semua itu di dasari oleh rasa takut/ tidak percaya diri yang pada akhirnya membuat saya lebih banyak diam/tidak mengungkapkan sama sekali…
    setelah membaca artikel ini, saya akan berlatih untuk mencoba berani menerima kekurangan diri sendiri, dan juga menerima segala hal yang berhubungan dengan pasangan sebagai satu paket yang memang harus saya terima…

    very inspiring Mas Reza…
    Thank You soooo much for sharing this article…:)

    Silmy

  33. rohim says:

    Ungkapan kejujuran sangat diperlukan dalam kehidupan kita, asal dapat menempatkan kejujuran itu sendiri, diman kita harus mengetahui situasi dan kondisi agar kejujuran tersebut dapat berdampak positif pada diri kita. thanks atas informasinya.

  34. Rangga says:

    bos minta ijin share tulisannya bleh ga…???

  35. astri says:

    Mas reza, artikelnya sangat menginspirasi. Terimakasih 🙂
    Bagaimana klo kita sudah jujur, tp tindakannya tetap diulang oleh pasangan kita? Keadaan ini mmbuat unhealthy relationship lagi bagi saya

  36. Reza Gunawan says:

    @Astri: Jujur itu esensinya bertujuan agar kita menjadi diri sendiri, bukan untuk mendikte perilaku orang lain. Jadi kita tidak realistis kalo mengharapkan perilaku orang lain berubah. Tapi akan kehilangan diri kita sendiri, bila tidak belajar semakin jujur

  37. […] lainnya lagi yang kami bahas adalah kejujuran yang utuh dan lengkap dalam komunikasi antara anak dan orangtua. Seringkali, karena takut dibilang durhaka, tekanan […]